إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ
وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ؛ إِلَهُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ وَقُيُوْمُ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ
وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ؛ بَلَّغَ الرِسَالَةَ وَأَدَّى
الأَمَانَةَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتَّى
أَتَاهُ اليَقِيْنُ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ:
اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى ؛ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ
إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنُهُ وَدُنْيَاهُ
Ibadallah,
Alquran merupakan petunjuk bagi manusia,
artinya semua yang disampaikannya merupakan pesan dan nasihat-nasihat sehingga
menjadi suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam membentuk pribadi manusia
dari dahulu sampai dengan sekarang. Diantara metode Alquran dalam menyampaikan
pesan dan nasehat adalah melalui kisah. Alquran membawakan banyak sekali kisah,
baik berkenaan dengan perjalanan para Nabi dan Rasul juga berbagai peristiwa
yang terjadi antara mereka dengan orang-orang yang beriman maupun orang-orang
yang kafir. Juga berkenaan dengan kisah sejumlah orang atau kelompok,
seperti kisah Maryam, Luqman, Dzulqarnain, Qarun, pemuda al-Kahfi, tentara
gajah, orang-orang yang dilemparkan ke dalam parit api dan kisah-kisah lainnya.
Kisah-kisah dalam Alquran itu sarat
dengan pesan dan nasihat, baik secara tersurat maupun tersirat. Dalam
menyampaikan pesan dan nasehat, tidak harus selalu disampaikan dengan jelas dan
gambling dengan metode ceramah, terkadang melalui kisah yang perlu perenungan
terlebih dahulu itu lebih mengena di hati.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Kisah atau cerita yang benar adalah
salah satu metode yang sangat menyenangkan dan menyentuh hati untuk menjadi
sarana menumbuhkan iman. Kisah-kisah dalam Alquran merupakan kisah paling benar
sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Azza wa Jalla:
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا
Dan siapakah orang yang lebih benar
perkataannya dari pada Allah? (an-Nisa’/4:87).
Demikianlah semua kisah dan cerita yang
ada dalam Alquran adalah benar dan pas, karena menceritakan realita yang
terjadi tanpa ada pengurangan dan penambahan. AllahAzza wa Jalla berfirman:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita
ini dengan benar (Al-Kahfi/18:13)
Juga firman-Nya:
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ ۚ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Sesungguhnya ini adalah kisah yang
benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak diibadhi) selain Allah; dan sesungguhnya
Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Ali Imran/3:62)
Allah Subhanahu wa Ta’ala suci dari sifat dusta
sehingga tidak mungkin Allah Azza wa Jallamengisahkan
kisah-kisah yang tidak terjadi atau fiktif. Allah Azza wa Jalla juga maha mengetahui, mendengar dan
melihat serta menyaksikan semuanya. Oleh karena itu ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan satu
kisah, berarti kisah itu benar dan diceritakan berdasarkan ilmu.
Kisah Alquran juga merupakan sebaik-baik
kisah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Azza wa Jalla :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ
هَٰذَا الْقُرْآنَ
Kami menceritakan kepadamu kisah yang
paling baik dengan mewahyukan Alquran ini kepadamu. (Yusuf/12:3)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di t
ketika menafsirkan ayat ini mengatakan, “Hal itu karena kisah-kisahnya benar,
kalimat-kalimatnya terangkai dengan baik dan makna yang terkandung begitu indah.
(Taisir Karimirrahman).
Oleh karena itu, kisah-kisah Alquran
merupakan kisah yang paling bermanfaat. Allah Azza wa Jalla berfirman:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ
وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu
terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah
cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya
dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang
beriman (Yusuf/12:111)
Siapa saja yang meyakini bahwa semua
kisah-kisah dalam Alquran dan yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar dan
nyata, maka insya Allah, kisah-kisah itu akan memberikan pengaruh besar pada
perbaikan dan pembinaan diri.
Demikian penting kisah-kisah ini, hingga
Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menceritakan
kepada manusia semua kisah yang diketahuinya, agar menjadi bahan renungan dan
mengambil pelajaran. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ
وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ
تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya
Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada
dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti
anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya
dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang
mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu
agar mereka berfikir (al-A’raf/7: 176).
Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali
mengatakan bahwa tujuan dihadirkan kisah-kisah para Nabi adalah untuk
memberikan pelajaran kepada kaum Mukminin sepanjang masa; agar menjadi bekal
bagi para pengikut mereka yang jujur dan ikhlas (Shahih Qashashil Anbiya’, hlm.
5).
Memang demikianlah, para Nabi dan para
da’i sejak dahulu telah mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu
untuk terus memenuhi jiwa mereka dan meneguhkan hati mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ
فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami
ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan
dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan
bagi orang-orang yang beriman (Hud/11:120)
Ibadallah,
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang hikmah kisah-kisah
dalam Alquran:
Pertama: Penjelasan mengenai hikmah
Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kandungan
kisah-kisah tersebut, sebagaimana firman-Nya:
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الْأَنْبَاءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ ﴿٤﴾ حِكْمَةٌ
بَالِغَةٌ ۖ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ
Dan sesungguhnya telah datang kepada
mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran).
Itulah suatu hikmat yang sempurna, maka peringatan-peringatan itu tiada berguna
(bagi mereka) (al-Qamar/54:4-5)
Kedua: Menjelaskan keadilan Allah Azza wa Jalla melalui hukuman-Nya terhadap orang-orang
yang mendustakan-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman tentang
orang-orang yang mendustakan-Nya:
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَٰكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ۖ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ
مِنْ شَيْءٍ لَمَّا جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ ۖ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka
tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, kerana itu tiadalah
bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain
Allah, di waktu azab Rabbmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah
kepada mereka kecuali kebinasaan (Hud/11:101)
Ketiga: Menjelaskan karunia-Nya berupa
pemberian pahala dan keselamatan kepada yang beriman, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا إِلَّا آلَ لُوطٍ ۖ نَجَّيْنَاهُمْ بِسَحَرٍ
Kecuali keluarga Luth. Mereka Kami
selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing (Al-Qamar/54:34)
Keempat: Sebagai hiburan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi sikap
orang-orang yang mendustakannya, sebagaimana firman-Nya,
وَإِنْ يُكَذِّبُوكَ فَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ جَاءَتْهُمْ
رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَبِالزُّبُرِ وَبِالْكِتَابِ الْمُنِيرِ ﴿٢٥﴾ ثُمَّ
أَخَذْتُ الَّذِينَ كَفَرُوا ۖ فَكَيْفَ كَانَ
نَكِيرِ
“Dan jika mereka mendustakan kamu, maka
sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan
(rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa
mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna.
Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya)
akibat kemurkaan-Ku.” (Fathir/35:25-26)
Kelima: Sebagai motivasi bagi kaum
Mukminin agar tegar dalam keimanan bahkan bertambah imannya saat mereka tahu
kaum Mukminin terdahulu telah selamat dan menang saat diperintahkan berjihad.
Keenam: Sebagai peringatan bagi
orang-orang kafir akan akibat buruk yang mereka dapatkan jika mereka
terus-menerus dalam kekufuran, sebagaimana firman-Nya,
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ
الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ دَمَّرَ اللَّهُ
عَلَيْهِمْ ۖ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak mengadakan
perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memerhatikan bagaimana kesudahan
orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka
dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.”
(Muhammad/47:10)
أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ
المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ
وَالاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ
عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً
كَثِيْرًا .
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى.
Ibadallah,
Ketujuh: Semakin mengukuh kebenaran
risalah Nabi Muhammad n , sebab berita-berita tentang umat-umat terdahulu tidak
ada yang mengetahuinya selain Allah Azza wa Jalla. Allah berfirman:
تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ ۖ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَٰذَا
Itu adalah di antara berita-berita
penting tentang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu
mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. (Hud/11:49)
Dan juga berfirman:
أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ
وَثَمُودَ ۛ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ ۛ لَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا
اللَّهُ
Belumkah sampai kepadamu berita
orang-orang sebelum kamu (iaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah
mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah.” (Ibrahim/14:9)(1)
Demikianlah urgensi kisah-kisah dalam Alquran
yang sudah seharusnya kita semua mampu mengambil pelajaran darinya.
Semoga penjelasan ini memberikan
dorongan dan motivasi untuk mengenal lebih jauh kisah-kisah yang ada dalam
Alquran.
وَاعْلَمُوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – أَنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ
وَخَيْرَ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ
الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ
ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ، وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ
يَدَ اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ .
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – عَلَى إِمَامِ الهُدَاةِ
وَسَيِّدِ الأَوَّلِيْنَ الآخِرِيْنَ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا
أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦]، وَقَالَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا
عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ
عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ،
وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ
اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ
بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ
أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ
الأَكْرَمِيْنَ .
َللَّهُمَّ أَعِزَ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ
نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابِكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ يَا ذَا الجَلَالِ
وَالإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ وَعَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ الدِّيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا
يُعْجِزُوْنَكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ
مِنْ شُرُوْرِهِمْ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْهُمْ هُدَاةً
مُهْتَدِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى
وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِّدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ
وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ الصَالِحَةَ النَاصِحَةَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ
وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ
نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ
لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا
اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ
خَيْرٍ وَالمَوْتَ رَاحَةً لَنَا فِي كُلِّ شَرٍّ. اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا
تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا
وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ أّصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا
وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ،
وَباَرِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّاتِنَا وَأَزْوَاجِنَا
وَذُرِّيَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ الغَلَا وَمِنَ البَلاَ وَمِنَ
الفِتَنِ وَمِنَ المِحَنِ كُلَّهَا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ
بَلَدِناَ هَذَا خَاصَّةً وَسَائِرِ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا ذَا
الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ
الأَخْلَاقِ وَالأَهْوَاءِ وَالأَدْوَاءِ، اَللَّهُمَّ اهْدِنَا لِأَحْسَنِ
الأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنَّا
سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ. اَللَّهُمَّ اهْدِنَا
وَسَدِدْنَا، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكُ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعِفَّةَ
وَالغِنَى .
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخّرْنَا وَمَا
أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا أَنْتَ
المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيٍءٍ قَدِيْرٍ.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَصَلَّى
اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارِكْ وَأَنْعِمْ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ نَبِيِّنَا
مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
(Diadaptasi
dari tulisan Ustadz Khalid Syamhudi di majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun
XIX/1436H/2015M).
badallah,
Khotib mewasiatkan kepada diri khotib
pribadi dan jamaah sekalian agar bertakwa kepada Allah. Bertakwalah kepada
Allah! Karena dunia ini pasti berlalu. Sedangkan akhirat adalah kekal. Berbekallah
di tempat yang fana ini untuk kehidupan yang kekal. Orang-orang sebelum kalian
telah pergi meninggalkan dunia ini. Demikian juga dengan Anda sekalian, juga
akan meninggalkannya. Mereka meninggalkan keluarga, harta, dan tempat tinggal.
Dan Anda sekalian juga akan meninggalkannya. Mereka berlalu dari semua yang
ada, kalian juga akan berlalu. Kedudukan mereka sesuai dengan amalan mereka,
kalian juga akan mendapatkan hal yang sama. Mereka dimintai tanggung jawab, dan
kalian pun akan dimintai tanggung jawab.
Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah,
bersegeralah dalam beramal, akan datang kepada kalian apa yang telah
dijanjikan. Pada hari ditiupnya sangkakala, saat orang-orang dibangkitkan dari
kuburnya, apa yang tersimpan dalam hati diungkapkan, dan rahasia-rahasia
diperlihatkan.
﴿وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي
الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاءَ اللَّهُ ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا
هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ (68) وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ
الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ
وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (69) وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ وَهُوَ
أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ﴾
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah
siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian
ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu
(putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar)
dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan
masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi
keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan
disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan
Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS:Az-Zumar | Ayat: 68-70).
Kaum muslimin,
Di akhir tahun ini, orang-orang berjrih
payah wukuf di Arafah bermuhasabah. Mereka merenungkan keadaan hisab,
menguntungkan atau merugikan. Barangsiapa yang mendapatkan kebaikan hendaknya
ia bersyukur kepada Allah dan menambahkan perbekalannya. Karena sebaik-baik
perbekalan adalah ketakwaan. Barangsiapa yang kurang amalnya, hendaknya ia
mawas diri. Jangan terus-menerus dalam keadaan tersebut. Bertaubatlah kepada
Allah. Jadikan masa sekarang ini lebih baik dari masa yang lalu. Dan Allah
menerima taubat orang-orang yang bertaubat.
Ya Allah, jadikan keadaan kami sekarang
lebih baik dari apa yang telah kami lewati. Dan masa yang akan datang lebih
baik dari sekarang. beri kami taufik untuk beramal shaleh. Jauhkan kami dari
fitnah-fintah yang zahir maupun yang batin. Dan satukanlah kalimat kaum
muslimin di atas kebenaran dan petunjuk. Ya Allah, berilah kemuliaan pada Islam
dan kaum muslimin. hinakanlah kebatilan, musuh-musuh dan agama mereka.
Ma’asyiral muslimin,
Dalam melihat keadaan umat kita saat ini,
perlu kita renungi firman Allah ﷻ,
﴿إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا
بِأَنفُسِهِمْ﴾
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan
sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri.” (QS:Ar-Ra’d | Ayat: 11).
Kaum muslimin dahulu selalu membebaskan
suatu wilayah dengan berdzikir kepada Allah. Dan mereka tidak mendirikan satu
negara pun kecuali dengan manhaj Allah. Mereka tidak pernah memerangi suatu
daerah dalam keadaan lalai dari Allah dan berpalign dari jalan Allah yang
lurus. Mereka tidak pernah merugikan hak seorang hamba Allah pun.
Ma’syiral muslimin,
Permasalahan muhasabah adalah suatu
pembahasan yang panjang. Namun hal itu kana mudah apabila disertai tekad dan
niat yang ikhlas.
Pada kesempatan kali ini, kita berbicara
tentang keadaan umat kita. Tentang sebagian kelompok dari umat ini. Melihat
tentang hak-hak mereka. Kelompok ini –atas izin Allah- merupakan pintu yang
mengantarkan pada pertolongan. Dibukanya pintu rezeki. Sebagaimana hal ini
dijelaskan oleh Nabi Muhammad ﷺ:
«وهل تُنصَرُون وتُرزَقون إلا بضُعفائِكم»
“Bukankah kamu ditolong dan diberi rezeki
karena orang-orang lemah di antara kalian.” (HR. al-Bukhari).
Ayyuhal muslimun,
Sifat lemah adalah sesuatu yang menempel
pada setiap manusia. Manusia itu diciptakan dari keadaan lemah. Dan menuju
lemah juga akhir perjalanan hidup mereka. Demikianlah sunnatullah pada
kehidupan manusia di dunia ini. Mereka mesti melewati fase lemah. Dan butuh
kepada orang lain.
Bagi orang yang berpikir, melihat keadaan
manusia ini saja sudah cukup jadi pelajaran. Melihat bagaimana manusia tumbuh
berangsur-angsur. Mereka lahir dalam keadaan lemah dan butuh orang lain yang
memperhatikan dan mengurus mereka. Setelah tumbuh besar, Allah anugerahkan
kepada mereka kekuatan. Agar mereka membalas budi kepada orang-orang yang
perhatian dan mengurus mereka. Kemudian manusia dikembalikan kepada keadaan
lemah lagi atau tua.
﴿اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ
ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً
يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ﴾
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari
keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi
kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan
beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha
Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS:Ar-Ruum | Ayat: 54).
Ibadallah,
Jika demikian, orang yang memiliki
pemikiran yang baik, akan memperhatikan mereka yang dalam keadaan lemah. Mereka
yang dalam keadaan lemah dalam waktu yang panjang.
Siapa yang ingin merasakan keadaan lemah,
maka hendaknya ia mengingat keadaan seorang bayi. Seorang anak yang lemah.
Merasakan sebagai orang tuanya. Yang mendekat dan menundukkan diri untuknya.
Para orang tua ini takut meninggalkan mereka menghadapi hari-hari. Kerasnya
kehidupan. Kasarnya orang-orang yang mereka harapkan. Terhalanginya mereka dari
orang yang menjadi tempat bersandar. Mereka berharap seorang pelindung
menggantikan posisi orang tua mereka. Melindungi mereka dengan kebaikan dan
kasihnya.
﴿وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً
ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا
سَدِيدًا﴾
“Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 9).
Saudara-saudaraku yang saya cintai,
Lemah dan orang-orang yang lemah adalah
suatu sebutan yang tak memiliki batas. Mereka adalah kelompok yang tak
terbatas. Orang-orang yang lemah adalah mereka yang memiliki kebutuhan tapi
tidak mampu menunaikannya. Mereka adalah dari kalangan orang-orang fakir,
miskin, orang yang sakit, orang asing, musafir, anak-anak yatim, dan
janda-janda. Mereka juga orang-orang yang butuh sedekah dan infak. Orang-orang
yang dizhalimi. Pegawai-pegawai yang memiliki hak. Orang-orang yang ditimpa
musibah dan pengungsi. Mereka orang-orang yang tidak mampu memperoleh hak
mereka secara mandiri. Mungkin karena mereka lemah. Bisa juga karena kuatnya
orang yang zhalim yang memiliki kekuasaan, dll.
Ada pula orang-orang yang lemah secara
fisik. Atau lemah secara akal. Atau lemah dalam keadaan mereka. Mereka adalah
orang-orang yang lemah karena mereka tak memiliki kekuatan berhadpan dengan
orang besar yang zhalim. Orang yang lemah adalah orang yang tidak memiliki
kemampuan mengambil hak-hak mereka. Juga menghilangkan kezhaliman dari mereka.
Ma’asyiral muslimin,
Apabila Anda menginginkan penjelasan lebih
mendalam tentang jenis-jenis orang yang lemah dan sifat-sifat mereka, renungkan
ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi ﷺ berikut ini:
Allah ﷻ berfirman,
﴿وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ﴾
“kemudian datanglah masa tua pada orang itu
sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil.” (QS:Al-Baqarah | Ayat:
266).
﴿وَلْيَخْشَ الَّذِينَ
لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ
فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا﴾
“Dan hendaklah takut kepada Allah
orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang
lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu
hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan
perkataan yang benar.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 9).
Allah ﷻ juga berfirman,
﴿فَإِن كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا
أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَن يُمِلَّ﴾
“Jika yang berhutang itu orang yang lemah
akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan.”
(QS:Al-Baqarah | Ayat: 282).
﴿لَّيْسَ عَلَى
الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا
يُنفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ﴾
“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad)
atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang
tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas
kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS:At-Taubah | Ayat: 91).
﴿وَمَا لَكُمْ لَا
تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ
وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ
هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا
وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا﴾
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan
Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun
anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri
ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau,
dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 75).
Firman-Nya yang lain,
﴿فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانتَصِرْ﴾
“Maka dia mengadu kepada Tuhannya:
“bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah
(aku)”.” (QS:Al-Qamar | Ayat: 10).
Dan firman-Nya,
﴿وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم
بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ
عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا
قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا﴾
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena)
mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang
hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya
dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS:Al-Kahfi | Ayat: 28).
Di dalam hadits, Rasulullah ﷺ bersabda,
« أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ
مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ»
“Maukah kalian aku kabarkan tentang
penduduk surge? Mereka adalah setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh
manusia. Tapi jika mereka bersumpah atas nama Allah, pasti Allah
mengabulkannya.” (HR. al-Bukhari).
Dalam riwayat selain al-Bukhari:
«ألا أُخبِرُكم بخيرِ عبادِ الله: الضعيفُ المُستضعَف ذو
الطِّمرَيْن لا يُؤبَهُ له، لو أقسمَ على اللهِ لأبرَّه»
“Maukah kalian aku kabarkan tentang hamba
Allah yang terbaik? Mereka adalah orang yang lemah dan dianggap lemah. Hanya
memiliki dua pakaian yang telah using. Dan tidak dianggap orang. Tapi, jika
mereka bersumpah, Allah tidak akan menolaknya.”
Nabi ﷺ bersabda,
«أيُّكم أمَّ الناسَ فليُخفِّف؛ فإن فيهم الضعيفَ والسقيمَ وذا
الحاجة»
“Siapa saja di antara kalian yang memimpin
manusia, maka permudahlah. Karena pada mereka terdapat orang yang lemah, yang
sakit, dan yang berkebutuhan.” (HR. Muslim).
Beliau ﷺ juga bersabda,
« اللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ : الْيَتِيمِ
، وَالْمَرْأَةِ»
“Ya Allah! Sesungguhnya saya menyatakan
haram (kepada umat Muhammad untuk melalaikan) hak dua orang yang lemah: anak
yatim dan wanita.” (hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah).
Makna dari kata Uharriju (Arab: أُحرِّجُ) adalah menemui kesulitan. Artinya dosa bagi mereka yang
menyia-nyiakan hak kedua golongan ini.
Nabi ﷺ juga bersabda,
«السَّاعي على الأرملةِ والمسكينِ كالمُجاهدِ في سبيلِ اللَّهِ»
“Orang yang membantu janda-janda dan
orang-orang miskin seperti berjihad di jalan Allah.”
Beliau juga mengatakan,
«كالقائمِ لا يفتُرُ، وَكالصَّائمِ الذي لا يُفطِرُ»
“Seperti orang yang shalat semalaman dan
berpuasa setiap hari.” (Muttafaqun ‘alaih).
Beliau ﷺ juga mengajarkan doa:
« اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِن غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ
الرِّجَالِ»
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.”
Dan tidaklah seseorang diberlakukan
sewenang-wenang kecuali ia dalam kondisi lemah.
وفي حديثٍ صحيحٍ صريحٍ:
«لا قُدِّسَت أمَّةٌ لا يُعطَى الضَّعيفُ فيها حقَّه غيرَ مُتعْتعٍ».
“Tidak disucikan sekolompok orang yang
tidak memberi hak orang-orang lemah, padahal ia dalam keadaan yang tidak kacau
menakutkan.”
Ma’asyiral muslimin,
Karena semua alasan ini, kemudian agar
supaya umat ini mendapat pertolongan, diluaskan rezekinya, diberkahi usahanya,
dan disatukan kalimatnya, Rasulullah ﷺ bersabda,
أَبْغُونِي ضُعَفَاءَكُمْ،
فَإِنَّكُمْ إِنَّمَا تُرْزَقُونَ وَتُنْصَرُونَ بِضُعَفَائِكُم
“Senangkanlah aku dengan bersegera membantu
orang-orang yang lemah kalian. Kalian hanya diberikan rezeki dan ditolong
karena orang-orang lemah kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Dari hadits ini kita dapat memetik
pelajaran:
Pertama: Nabi ﷺ bersabda, “Senangkanlah aku”.
Maksdunya adalah carilah cintaku, kedekatan
denganku, dan ridhaku dari orang-orang lemah di antara kalian. Lihatlah keadaan
mereka. Perharianlah terhadap mereka. Jaga hak-hak mereka. Perbaguslah ucapan
dan perbuatan terhadap mereka. Senangkan hati mereka. Karena Nabi ﷺ adalah seorang yang menanggung beban orang lain dan menolong
serta sebagai wakil dalam kebenaran.
Nabi ﷺ mengunjungi orang-orang yang lemah. Membesuk mereka yang sakit.
Melayat jenazah-jenazah mereka. beliau bagaikan musim semi bagi anak-anak
yatim. Sandaran bagi para janda yang suami mereka wafat dalam peperangan.
Beliau berdoa untuk kebaikan mereka. dan beliau ﷺ berjalan bersama para janda dan orang-orang miskin hingga
beliau tunaikan kebutuhan-kebutuhan mereka.
Kedua: sabda beliau ﷺ “Kalian hanya diberikan rezeki dan ditolong karena orang-orang
lemah kalian.” Dalam riwayat al-Bukhari, “Bukankah kalian diberi rezeki dan
ditolong lantaran orang-orang lemah di antara kalian.”
Dan Imam al-Bukhari telah membuat bab
khusus tentang permasalahan ini. beliau menusli sebuah bab dalam shahihnya “Bab
Siapa yang Menolong Orang yang Lemah dan Orang Shaleh dalam Peperangan”.
Para ulama mengatakan, “Tidak selayaknya
seseorang menganggap remeh permasalahan orang-orang lemah dalam permasalahan
jihad dan sebab kemenangan. Demikian juga tentang sebab datangnya rezeki dan
pekerjaan.”
Mengapa? Mengapa pertolongan Allah itu
datang melalui perantara orang-orang lemah? Mengapa rezeki dapat diperoleh
lantaran orang-orang yang dianggap lemah?
Karena kemenangan dan rezeki itu datangnya
dari Allah. Bukan karena sebab usaha fisik semata. Ada sebab-sebab abstrak yang
berpengaruh besar.
Orang-orang yang lemah, yang tidak memiliki
kemampuan dan kekuatan. Mereka tidak memiliki harta dan jabatan sebagai
sandaran. Namun mereka adalah orang lemah yang mengetahui ilmu agama.
Meyakininya dengan sepenuh keyakinan. Mereka yakin bahwa kecukupan, rezeki, dan
pertolongan ada di tangan Allah. Mereka berada dalam puncak kelemahan.
Hati-hati mereka lebur dan hanya kepada Allah saja mereka mengadu. Mereka yakin
dan bersandar hanya kepada Allah. Hanya kepada-Nyalah mereka berharap.
Pertolongan Allah dan rezeki dari-Nya pun datang. Hal yang tidak mampu
didatangkan orang-orang yang mampu.
Allah bukakan kemenangan, rezeki, kebaikan,
ketenangan, dan keberkahan bagi orang-orang yang mampu dari jalan yang tak
pernah mereka bayangkan. Dan Allah memiliki pasukan-pasukan di langit dan di
bumi. Dialah pemilik kerajaan semuanya. Segala urusan dibawah kendali-Nya.
Semua dibawah kekuasaannya. Dialah Tuhan yang berhak untuk disembah.
Manusia hanya melihat sebab-sebab yang
konkret saja. Mereka mengandalkan kekuataan, keberanian, ucapan, dan aksi untuk
mendapatkan rezeki. Yang demikian adalah pandangan yang sempit. Sebuah cara
pandang terhadap sesuatu tidak sesuai hakikatnya. Karena sebab-sebab abstrak
memiliki pengaruh yang besar. Yakni kuatnya tawakal, sempurnanya rasa percaya,
dan jujurnya dalam permintaan.
Inilah ketakwaan yang tampak pada
orang-orang yang lemah. Karena itulah Allah turunkan kemenangan dan rezeki.
Allah menolak bahaya, mendatangkan kebaikan, keberkahan, dan kemenangan.
Sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh orang-orang yang mampu/kuat.
Sampai-sampai Allah memberikan rezeki
kepada orang-orang yang mampu melalui orang-orang lemah dan dianggap lemah.
Kemudian Allah menjadikan rezeki mereka yang lemah di tangan orang-orang yang
mampu. Orang-orang mampu membantu orang-orang yang lemah. Semua ini terjadi dan
kita saksikan bersama
Ibadallah,
Kemenangan itu bersama orang-orang yang
lemah. Dan rezeki itu juga bersama mereka. Ini adalah sebuah janji yang tidak
sia-sia. Dengan menolong orang-orang lemah dan menjaga hak-hak mereka. Serta
baiknya iman orang lemah tersebut, maka tawakal mereka dapat menolak balak,
memperluas rezeki, memberkahi harta, amal, umur, dan waktu. Umat ini mendapat
kemenangan. Diangkatnya kesedihan. Tentu semua itu atas izin Allah Yang Maha
Perkasa.
Barangsiapa membuat mereka nyaman, membantu
mereka, memenuhi kebutuhan mereka, melapangkan urusan mereka, mengangkat
kesulitan dan kezhaliman yang menimpa mereka, niscaya Allah akan memberi rezeki
kepadanya, menolongnya, meneguhkannya, menjaganya, menurunkan keberkahan
padanya, dan menambah kebaikan untuknya. Orang-orang yang lemah bukanlah aib
pada suatu komunitas. Bahkan mereka menjadi bagian utama. Mereka bisa menjadi
sebab kemuliaan, kekuatan, pertolongan, dan kenyamanan.
أعوذُ بالله من الشيطان
الرجيم: ﴿وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ
يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِم مِّن شَيْءٍ وَمَا مِنْ
حِسَابِكَ عَلَيْهِم مِّن شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ﴾
[الأنعام: 52].
“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang
yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki
keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan
mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap
perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu
termasuk orang-orang yang zalim).” (QS:Al-An’am | Ayat: 52).
نفَعَنِيَ اللهُ
وَإِيَّاكُمْ بِهَدْيِ كِتَابِهِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ – صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ
وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ، مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ،
فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ،
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ العَلِيِّ فِي قَدْرِهِ، العَزِيْزِ فِي قَهْرِهِ، أَحْمَدُهُ
– سُبْحَانَهُ – عَلَى حُلُوِّ القَضَاءِ وَمُرِّهِ، وَأَسْأَلُهُ الإِعَانَةَ
عَلَى حُسْنِ عِبَادَتِهِ وَذِكْرِهِ وَشُكْرِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ
إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ تَقُوْمُ
السَمَاءُ وَالأَرْضُ بِأَمْرِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ دَعَا إِلَى اللهِ فِي سِرِّهِ وَجَهْرِهِ،
صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ قَامُوْا
بِأَمْرِ اللهِ، وَبَذَلُوْا الغَالِي وَالنَفِيْسَ فِي عِزِّ دِيْنِ اللهِ
وَنَصْرِهِ وَنَشْرِهِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا
لَيْلٌ سَجَى، وَنَهَارٌ أَضْحَى، وَجَادَ سَحَابٌ بِقَطْرِهِ، وَسَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ..:
Kaum muslimin,
Agama Islam melindungi dan menolong
orang-orang lemah. Agama ini memiliki perhatian besar terhadap mereka.
orang-orang yang lemah dari kalangan orang fakir, miskin, orang tua, orang yang
terzhalimi, janda-janda, anak-anak yatim, orang-orang asing dan musafir. Mereka
adalah tanggung jawab dari pemerintah. Umat Islam adalah umat kasih sayang dan
memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Orang-orang lemah adalah sebab
datangnya rezeki, penjagaan dari Allah, kebaikan, keberkahan, kemenangan, dan
bersatunya hati. Tidak halal menyakiti mereka dan menzhalimi hak-hak mereka.
Ma’asyiral muslimin,
Sungguh negeri yang penuh berkah ini (Arab
Saudi) memiliki peranan besar dalam dakwah Islam dan membantu urusan kaum
muslimin. Negeri ini bersama dengan orang-orang lemah dan memerlukan bantuan.
Tidak hanya terbatas pada kawasan nasional atau regional, tapi internasional.
Negeri ini memiliki upaya nyata dalam menyatukan kalimat kaum muslimin di atas
manhaj yang benar dan moderat. Negeri ini berusaha senantiasa berdampingan
dengan masyarakat. Karena berpijak pada asas agama yang hanif ini.
Semoga Allah melanggengkan keamanan,
keimanan, dan kemuliaan negeri ini. Semoga Allah senantiasa menjaga
stabilitasnya, mempersatukan kalimat rakyat dan pemimpinnya. Semoga Allah
senantiasa membimbinganya dengan politik yang bijaksana. Dan mengarahkannya
dengan penuh berkah. Dalam hal mengatur perekonomian. Dan mengatur hal yang
kecil maupun yang besar.
Ma’asyiral muslimin,
Betapa indahnya tatkala rakyat menaati
aturan-aturan dan arahan-arahan permerintahnya. Apabila rakyat dapat memahami
dan berusaha memahaminya.
Harta itu tidaklah menimbulkan kecintaan
hakiki. Karena sifat orang-orang munafik adalah jika diberi mereka ridha. Jika
tidak mendapatkan bagian mereka marah.
Bertakwalah kepada Allah. Syukurilah nikmat
Allah atas kalian niscaya Dia akan menambahkannya. Waspadailah jangan sampai
Anda merendahkan orang-orang miskin dengan melanggar hak-hak mereka. Cukuplah
seseorang dikakatan berbuat jahat ketika ia merendahkan saudaranya sesama muslim.
اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ
الْـمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يَخْذُلُهُ ، وَلاَ يَحْقِرُهُ
“Seorang muslim itu adalah saudara bagi
muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, dan
menghinakannya.” (HR. Muslim dan selainnya).
هذا وصلُّوا وسلِّمُوا
على الرحمةِ المهداة، والنعمةِ المُسداة، نبيِّكُم محمدٍ – صلى الله عليه وسلم -؛
فقد أمرَكم بذلك ربُّكم، فقالَ – عزَّ قائلاً عليمًا -: ﴿إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56].
اللهم صلِّ وسلِّم
وبارِك على عبدِك ورسولِك: نبيِّنا محمدٍ النبيِّ الأُمِّيِّ، الحبيبِ المُصطَفى،
والنبيِّ المُجتَبَى، وعلى آله الطيبين الطاهِرِين، وعلى أزواجِه أمهاتِ المؤمنين،
كما صلَّيتَ على إبراهيم وعلى آلِ إبراهيم، إنك حميدٌ مجيد.
وارضَ اللهم عن الخلفاءِ
الأربعةِ الراشدين: أبي بكرٍ، وعُمر، وعُثمان، وعليٍّ، وعن الصحابة أجمعين،
والتابعين ومن تبِعَهم بإحسانٍ إلى يوم الدين، وعنَّا معهم بعفوِك وجُودِك
وإحسانِك يا أكرم الأكرمين.
اللهم أعِزَّ الإسلام
والمسلمين، اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين، اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين،
وأذلَّ الشرك والمُشركين، واخذُل الطغاةَ والملاحِدَة، وسائرَ أعداءِ المِلَّة
والدين.
اللهم آمِنَّا في
أوطاننا، اللهم آمِنَّا في أوطاننا، وأصلِح أئمَّتَنا وولاةَ أمُورِنا، واجعَل
اللهم ولايتَنَا فيمن خافَك واتَّقاك واتَّبَع رِضاكَ يا رب العالمين.
اللهم وفِّق إمامَنا
وولِيَّ أمرنا بتوفيقِك، وأعِزَّه بطاعتك، وأَعلِ به كلمَتَك، واجعَله نُصرةً
للإسلامِ والمسلمين، ووفِّقه ونائبَيه وإخوانَه وأعوانَه لما تُحبُّ وتَرضَى، وخُذ
بنواصِيهم للبِرِّ والتقوَى.
اللهم وفِّق ولاةَ أمورِ
المسلمين للعملِ بكتابِك، وبسنةِ نبيِّك محمدٍ – صلى الله عليه وسلم -، واجعَلهم
رحمةً لعبادِك المؤمنين، اللهم واجمَع كلمتَهم على الحقِّ والهُدَى والسنةِ يا رب
العالمين.
اللهم أصلِح أحوالَ
المُسلمين، اللهم أصلِح أحوالَ المُسلمين في كل مكانٍ، اللهم واحقِن دماءَهم،
واجمَع على الحقِّ والهُدى والسنَّة كلمتَهم، وولِّ عليهم خيارَهم، واكفِهم
أشرارَهم، وابسُط الأمنَ والعدلَ والرخاءَ في ديارهم، وأعِذهم من الشُّرور والفتَن
ما ظهرَ منها وما بطَن.
اللهم من أرادَنا وأرادَ
دينَنا وديارَنا وأمنَنا وأمَّتنا وولاةَ أمْرنا وعلماءَنا وأهلَ الفضل والصلاح
والاحتِساب منَّا ورجالَ أمننا وقوَّاتنا ووحدتَنا واجتماعَ كلمتنا بسوء، اللهم
فأشغِله بنفسِه، اللهم فأشغِله بنفسِه، واجعَل كيدَه في نحرِه، واجعَل تدبيرَه
تدميرًا عليه يا قويُّ يا عزيز.
اللهم انصُر جنودنا،
اللهم انصُر جنودنا المُرابِطين على الحدود، اللهم سدِّد رأيَهم، وصوِّب رميَهم،
وشُدَّ أزرَهم، وقوِّ عزائِمَهم، وثبِّت أقدامَهم، واربِط على قلوبِهم، وانصُرهم
على من بغَى عليهم، اللهم أيِّدهم بتأييدك، وانصُرهم بنصرك، اللهم احفَظهم من بين
أيديهم، ومن خلفهم، وعن أيمانهم، وعن شمائلهم، ومن فوقهم، ونعوذُ بك اللهم أن
يُغتالُوا من تحتهم، اللهم ارحَم شُهداءَهم، واشفِ جرحَاهم، واحفَظهم في أهلهم
وذريَّاتهم، إنك سميعُ الدعاء.
اللهم يا وليَّ
المؤمنين، اللهم يا وليَّ المؤمنين، ويا ناصر المستضعفين، ويا غِياث المُستغيثين،
يا عظيمَ الرجاء، ويا مُجيرَ الضعفاء، اللهم إن لنا إخوانًا مُستضعَفين مظلُومين
في فلسطين، وفي سُوريا، وفي بُورما، وفي أفريقيا الوُسطى، وفي ليبيا، وفي العِراق،
وفي اليمن، ونخُصُّ أهلَنا في حلَب، اللهم قد مسَّهم الضُّرُّ، وحلَّ بهم الكَربُ،
واشتدَّ عليهم الأمرُ، تعرَّضُوا للظلم والطغيان، والتشريدِ والحِصار، سُفِكَت
دماؤُهم، وقُتِّلَ أبرياؤُهم، ورُمِّلت نساؤُهم، ويُتّمَ أطفالهُم، وهُدِّمَت
مساكنُهم ومرافِقُهم.
اللهم يا ناصر
المستضعفين، ويا مُنجِيَ المؤمنين اللهم انتصِر لهم، وتولَّ أمرَهم، واكْشِف
كربَهم، وارفع ضُرَّهم، وعجِّل فرَجَهم، وألِّف بين قلوبهم، واجمَع كلمتَهم،
ومُدَّهم بمَدَدِك، وأيِّدهم بتأييدِك.
اللهم عليك بالطُّغاة
الظالمين ومن شايَعَهم، ومن أعانَهم، اللهم فرِّق جمعَهم، وشتِّت شملَهم، ومزِّقهم
كلَّ مُمزَّق، اللهم واجعَل تدميرَهم في تدبيرهم يا رب العالمين.
اللهم عليك باليهود
الغاصِبين المُحتلِّين، فإنهم لا يُعجِزونك، اللهم وأنزِل بهم بأسَك الذي لا
يُردُّ عن القومِ المُجرمِين، اللهم إنا ندرَأُ بك في نُحورِهم، ونعوذُ بك من
شُرورهم.
اللهم اغفِر لنا ذنوبنا،
اللهم اغفِر ذنوبنا، واستُر عيوبنا، ونفِّس كروبَنا، وعافِ مُبتَلانا، واشفِ
مرضَانا، وارحَم موتَانا.
﴿رَبَّنَا ظَلَمْنَا
أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ
الْخَاسِرِينَ﴾ [الأعراف: 23]، ﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي
الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾ [البقرة: 201].
عباد الله:
﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ
بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ
الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾
[النحل: 90].
فَاذْكُرُوْا اللهَ
يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ
أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Oleh tim KhotbahJumat.com
Ibadallah,
Syahadat zur (persaksian palsu) adalah
salah satu dari dosa-dosa besar yang paling besar. Oleh karena selayaknya kita
memahaminya, mewaspadainya lalu menjauhinya. Allah Azza
wa Jalla telah
melarang perkataan dusta, termasuk syahadat zur. Allah Azza
wa Jalla berfirman:
ذَٰلِكَ وَمَنْ
يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۗ
وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ ۖ
فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan
barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah
lebih baik baginya di sisi Rabbnya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua
binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka
jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan
dusta. (Al-Hajj/22: 30).
Dalam ayat ini, Allah Azza
wa Jalla melarang
qauluz zur (perkataan dusta), termasuk syahadat zur (persaksian palsu).
Larangan ini digabungkan dengan perintah menjauhi berhala-berhala yang najis
itu, yaitu syirik. Ini menunjukkan betapa persaksian palsu itu sangat berbahaya
sebagaimana bahaya syirik. Bahkan bahaya persaksian palsu itu bisa menimpa
orang lain disamping menimpa pelaku itu sendiri, sedangkan bahaya syirik hanya
menimpa pelakunya saja.
Sebagaimana dalam Alquran, di dalam hadits
juga, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan larangan qauluz zur
(perkataan palsu) dengan syirik, antara lain dalam hadits:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ z قَالَ قَالَ النَّبِيُّ n
أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ
اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ
مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا
حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari
bapaknya Radhiyallah anhu, dia berkata, Nabishallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
“Perhatikanlah (wahai para shahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian
dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali. Kemudian para
shahabat mengatakan: “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
“Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Dan beliau
duduk, sedangkan sebelumnya beliau bersandar, lalu bersabda, “Perhatikanlah!
dan perkataan palsu (perkataan dusta)”, beliau selalu mengulanginya sampai kami
berkata, “Seandainya beliau berhenti”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata, “Lafazh dalam hadits “dan
Beliau duduk, sedangkan sebelumnya Beliau bersandar”, menunjukkan bahwa Beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam memberikan
perhatian lebih terhadap masalah ini, sampai Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam duduk padahal sebelumnya Beliau
bersandar. Ini menunjukkan adanya penekanan terhadap pengharaman sekaligus
menunjukkan keburukannya yang sangat berat. Adapun mengenai penyebab perhatian
Beliaushallallahu ‘alaihi wa
sallam terhadap
masalah ini dikarenakan perkataan dusta atau persaksian dusta lebih mudah
terjadi di tengah masyarakat dan lebih banyak diremehkan. Karena syirik tidak
sesuai dengan hati nurani seorang Muslim, durhaka kepada orang tua ditolak oleh
naluri, sedangkan (perkataan) dusta faktor pemicunya banyak sekali, seperti:
permusuhan, hasad (iri), dan lainnya. Sehingga dibutuhkan perhatian untuk
mengganggapnya (sesuatu yang) besar. Namun bukan berarti (dosa) perkataan dusta
lebih besar dibandingkan (dosa) syirik yang disebutkan bersamanya, tetapi
karena kerusakan dusta menjalar kepada selain orang yang bersaksi, berbeda
dengan syirik yang biasanya kerusakannya terbatas (pada pelakunya)”.
Ibadallah,
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata, “At-Thabari berkata, makna
dasar dari kata zur adalah memperbagus sesuatu dan mensifatinya dengan sifat
yang berbeda dangan sifat sebenarnya, sehingga yang terbayang oleh pendengarnya
sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya. Beliau t juga berkata, ‘Pendapat
yang paling benar menurut kami, yang dimaksud dengan zur adalah pujian secara
dusta dari orang yang tidak menyaksikan sesuatu yang dipuji itu. Wallahu a’lam
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Syahadat zur (persaksian
palsu) adalah:
Seseorang bersaksi dengan sebuah persaksian
yang dia tahu bahwa persaksiannya itu berbeda atau tidak sesuai dengan perkara
yang dipersaksikan (tidak sesuai dengan hakekatnya).
Atau seseorang bersaksi dengan sebuah
persaksian yang dia tidak tahu, apakah perkara yang dipersaksikan itu sesuai
dengan persaksiannya itu tidak sesuai?
Atau seseorang bersaksi dengan sebuah
persaksian yang dia tahu bahwa persaksiannya itu sesuai dengan perkara yang
dipersaksikan hanya saja dengan sifat yang tidak nyata.
Ketiga jenis persaksian ini adalah haram.
Tidak halal bagi seseorang untuk memberikan persaksian selain persaksian yang
dia tahu dengan baik. Jika seseorang bersaksi dengan sebuah persaksian yang dia
tahu bahwa persaksiannya itu tidak sesuai dengan perkara yang dipersaksikan,
misalnya seseorang yang bersaksi bahwa Fulan meminta sesuatu kepada Fulanah,
padahal dia tahu bahwa persaksiannya itu dusta, maka ini termasuk syahadatuz
zur (persaksian palsu). Na’udzu billah.
Atau contoh lainnya, seseorang bersaksi
bahwa Fulan itu miskin berhak mendapatkan zakat (bantuan), padahal dia
tahu bahwa orang itu kaya.
Dan begitu juga seperti yang dilakukan oleh
sebagian orang di hadapan pemerintah, seseorang bersaksi bahwa Si A itu miskin
memiliki anggota keluarga berjumlah sekian, padahal dia tahu itu dusta.
Orang yang memberikan persaksian palsu itu
menyangka dia telah berbuat sesuatu yang bermanfaat dan berbuat baik kepada
saudaranya (yang dipersaksikan), padahal sejatinya dia telah menzhalimi dirinya
dan menzhalimi saudaranya. Dia menzhalimi dirinya, karena dia telah berbuat
dosa dan telah melakukan salah satu dosa besar. Dia juga menzhalimi saudaranya,
karena dia telah memberikan kepada saudaranya sesuatu yang bukan haknya dan
membuatnya mengambil harta dengan cara batil”.
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ
وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ
فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ
عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ وَالاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ
أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ
مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ
وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا .
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا
المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ:
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي
بِتَقْوَى اللهِ، فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ
أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ، وَتَقْوَى اللهِ – عَبِادَ اللهِ – أَنْ يَعْمَلَ
العَبْدُ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ يَرْجُوْ ثَوَابَ اللهِ، وَأَنْ
يَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ يَخَافُ عِقَابَ اللهِ .
Kaum muslimin rahimakumullah,
Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Pemberi kesaksian
palsu telah melakukan beberapa dosa-dosa besar:
Pertama: Dusta dan membuat fitnah
atau kebohongan.
Kedua: Dia telah berbuat zhalim kepada
orang yang ia persaksikan sebagai orang yang salah, sehingga dengan sebab
kesaksiannya itu ia telah mengambil atau mengganggu harta, kehormatan atau
nyawanya.
Ketiga: Dia telah berbuat zhalim kepada
orang yang ia persaksikan sebagai orang yang benar. Yaitu dengan kesaksiannya
itu, dia telah memberikan harta haram kepadanya, lalu dia
mengambilnya, sehingga dia masuk neraka.
Keempat: Dia telah menghalalkan apa yang
diharamkan dan dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla , baik harta, darah atau kehormatan”.
Kita memohon kepada Allah Ta’ala keselamatan dari semua keburukan.
Amin.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا
رَحِمَكُمُ اللهُ عَلَى النَّبِيِّ المُصْطَفَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا
أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ
وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا
صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا
عَشْرًا)). اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى
إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ
الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ
التَّابِعِيْنَ وَمَنِ اتَّبِعُهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا
مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ
الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ,
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ
وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا
رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ، اَللَّهُمَّ
انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي كُلِّ مَكَانٍ اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ فِي فِلَسْطِيْنَ
وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ وَاحْفَظْهُمْ
بِحِفْظِكَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، اَللَّهُمَّ وَعَلْيَكَ بِاليَهُوْدِ
المُعْتَدِيْنَ الغَاصِبِيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا
نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ شُرُوْرِهِمْ،
اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ
أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ
رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا
تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى وَسَدِدْهُ فِي
أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ وَأَلْبِسْهُ ثَوْبَ الصِحَّةَ العَافِيَةَ وَارْزُقْهُ
البِطَانَةَ الصَالِحَةَ النَاصِحَةَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ
أُمُوْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ
مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاجْعَلْهُمْ رَحْمَةً وَرَأْفَةً
عَلَى عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ.
اَللَّهُمَ آتِ
نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا
وَمَوْلَهَا، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالسَّدَادَ، اَللَّهُمَّ
إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهُ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا
مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ
وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا
وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ
وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُوْرُ
الرَحِيْمُ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
(Diadaptasi dari tulisan Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari di
majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVIII/1436H/2015M).