Laman

Kamis, 24 November 2016

Kajian Malam Jumat - Riyadhus sholihin

Kajian Malam Jum’at (24 November 2016)
Kitab Riyadhus sholihin
Bab Muroqobah

Oleh
Ustadz Khoerudin


KISAH 3 BANI ISROIL

 Masjid Miftahul Jannah (PRM Wonokerto Kulon)------- Dari Abu Hurairah  r.a. bahwasannya ia mendengar Nabi Muhammad S.A.W bersabda:
“ Sesungguhnya ada tiga orang dai kaum Bani Israil, yaitu orang sopak – yakni kulitnya belang-belang, orang botak dan orang buta. Allah hendak menguji mereka itu, kemudian Ia mengutus seorang malaikat kepada mereka. Ia mendatangi orang sopak (belang-belang) lalu berkata : “Keadan yang bagaimanakah yang amat kamu cintai ?
Orang Sopak (belang-belang) tadi berkata : “ Warna yang baik dan kulit yang bagus juga lenyaplah kiranya penyakit yang menyebabkan kiranya orang-orang jijik padaku ini.”
Lalu malaikat itu mengusapnya dan lenyaplah kotoran-kotoran itu dari tubuhnya dan dikaruniai oleh Allah ta’ala warna yang baik dan kulit yang bagus.
Malalikat itu berkata kembali : “Harta apakah yang paling kamu cintai?”
Orang itu menjawab : “Unta. Lalu orang tadi dikaruniai unta yang bunting.
Lalu malaikat itu mendoakan : “ Semoga Allah memberi keberkahan bagimu dalam unta ini.”
Malaikat itu seterusnya mendatangi orang botak. Lalu berkata : “Keadan yang bagaimanakah yang amat kamu cintai ?
Orang botak tadi menjawab : “Rambut yang bagus juga lenyaplah kiranya penyakit yang menyebabkan kiranya orang-orang jijik padaku ini.
Malaikat itu mengusapnya dan lenyaplah botak dari itu dari kepalanya dan dikaruniai oleh Allah ta’ala rambut yang bagus.
Malalikat itu berkata kembali : “Harta apakah yang paling kamu cintai?”
Orang (botak) itu menjawab : “lembu. Lalu orang tadi dikaruniai lembu yang bunting.
Lalu malaikat itu mendoakan : “ Semoga Allah memberi keberkahan bagimu dalam unta ini.”
Akhirnya malaikat tadi mendatangi si buta dan berkata : “Keadan yang bagaimanakah yang amat kamu cintai ?
Si buta tadi menjawab : “ hendaknya Allah mengembalikan penglihatanku sehingga aku dapat melihat semua orang.”
Malaikat itu mengusapnya dan Allah ta’ala mengembalikan penglihatannya.
Malalikat itu berkata kembali : “Harta apakah yang paling kamu cintai?”
Orang itu menjawab : “kambing”. Lalu orang tadi dikaruniai kambing yang bunting hampir beranak.
Yang dua ini ( unta dan lembu ) melahirkan anak-anaknya dan yang kambing juga melahirkan anaknya. Kemudian yang seorang tadinya belang-belang mempunyai selembah unta, yang tadinya botak mempunyai selembah lembu dan yang tadinya buta mempunyai selembah kambing.
Kemudian malaikat mendatangi orang yang tadinya supak, malaikat tadi dalam rupa yang supak (belang-belang) dan berpakaian serba buruk dan berkata : “ Saya adalah orang miskin , sudah putus semua sebab- sebab untuk memperoleh rizki bagiku dalam berpergianku ini. Maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini kecuali Allah kemudian melalui pertolonganmu. Aku meminta pertolonganmu atas nama Allah yang telah memberi warna yang baik dan kulit yang bagus dan harta yang banyak, sudi kiranya engkau menyampaikan maksudku dalam berpergianku ini, untuk sekedar bekal perjalanannya..”
Orang yang tadinya supak tadi menjawab : “ Keperluanku masih banyak sekali .” jadi enggan memberikan sedekah padanya.”
Malaikat tadi berkata: “ Sungguh aku pernah mengenalmu. Bukankah engkau orang yang dulu supak (belang-belang)yang dijiki oleh seluruh umat manusia, bukankah engkau dulu fakir kemudian Allah mengaruniakan harta padamu?
Orang yang dulu supak itu menjawab : Semua harta ini adalah dari warisan nenek moyangku dulu dan mereka pun dari nenek moyang pula.”
Malaikat itu berkata : Jika engkau berdusta dalam pendakwaanmu bahwa harta itu adalah warisan dari nenek moyangmu maka Allah pasti akan menjadikan engkau kembali sebagaimana keadaanmu semula.”
Selanjutnya malaikat itu mendatangi orang yang tadinya botak dan keadaannya yang hina , dan berkata kepadanya sebagaimana yang dikatakan kepada orang yang tadinya Supak.  Dan orang botak tadi juga menolak permintaan dari malaikat yang keadaanya serupa si botak yang dulu. Maka malaikat pun berkata : “ seandainya engkau berdusta, maka Allah pasti akan menjadikan engkau sebagaimana keadaanmu semula.”
Seterusnya malaikat itu mendatangi orang yang asalnya  buta tadi, malaikat dalam rupa yang buta serta keadaannya yang menyedihkan, dan berkata : saya adalah orang miskin dan anak jalanan maksud sedang berpergian dan kehabisan bekal sudah terputus semua sebab-sebab untuk dapat memperoleh rezeki bagiku dalam berpergianku ini maka tidak ada yang dapat menyampaikan maksudku pada hari ini kecuali dari Allah ta’ala kemudian dari pertolongan mu pula. Saya meminta kepadamu atas nama Allah yang mengembalikan penglihatanmu, yaitu seekor kambing yang dapat saya gunakan untuk menyampaikan tujuanku dalam berpergian ini. “
Orang yang dulu buta tadi menjawab : “ dulu saya pernah menjadi orang buta , kemudian Allah telah mengembalikan penglihatanku maka oleh sebab itu ambillah mana saja yang engkau inginkan. Demi Allah saya tidak akan memberikan kesukaran padamu pada hari ini dengan sesuatu yang engkau ambil karena mengharapkan keridhaan Allah Azzawajalla.”
Malaikat itu berkata : “ Tahanlah hartamu artinya tidak dimabil sedikit pun sebab sebenarnya engkau semua ini telah diuji, kemudian Allah telah meridhoi dirimu dan memurkai pada dua orang 
sahabatmu yakni si Supak (belang-belang) dan si Botak.






Selasa, 15 November 2016

Galeri Foto

Musycab PCM Wonokerto
Kegiatan Sholat Dhuha berjamaah SDMTQ
Kajian Ahad Pagi
Kegiatan Baitul Arqam Dasar









Musycab Wonokerto

Bantuan Rob Wonokerto

MUHAMMADIYAH PEDULI BENCANA BANJIR ROB DI WONOKERTO TAHUN 2016

MUHAMMADIYAH PEDULI BENCANA BANJIR ROB DI WONOKERTO TAHUN 2016




Sebangian besar wilayah Kecamatan Wonokerto  diterjang banjir rob (air laut pasang) sejak awal bulan ramadhan lalu selama hampir 2 bulan . Akibat kejadian itu ratusan bahkan ribuan rumah di wilayah Wonokerto yang terdiri dari 11 desa dan yang terdampak banjir rob waktu itu 7 (tujuh) desa yakni Desa Wonokerto Kulon, Wonokerto Wetan, sebagian Tratyebang, Api-api, Pecakaran sebagian Sijambe dan Pesanggrahan.

Kejadian ini mengundang keprihatinan PDM Kabupaten Pekalongan melalui LPB untuk melakukan bantuan sekedar menghibur para korban rob dengan bantuan distribusi makanan dan pelayanan kesehatan  ke tempat-tempat terdampak langsung korban banjir rob.

LPB Muhammadiyah Kabupaten Pekalongan membentuk Posko di SMK Muhammadiyah Pencongan Kecamatan Wiradesa sehingga memudahkan para donator untuk menyampaikan bantuan dan operasional Tim LPB untuk membantu korban banjir rob di wilayah kecamatan Wonokerto



PARTISIPASI PCPM WONOKERTO DALAM BAITUL ARQAM PEMUDA MUHAMMADIYAH KABUPATEN PEKALONGAN

PARTISIPASI PCPM WONOKERTO DALAM

BAITUL ARQAM PEMUDA MUHAMMADIYAH KABUPATEN PEKALONGAN  



      Pemuda muhammadiyah Kabupaten pekalongan  akan melaksanakan Baitul Arqam bagi Pimpinan PDPM dan PCPM   Se-kabupaten pekalongan .  Dari pelaksanaan acara ini diharapkan kader-kader persyarikatan Pemuda Muhammadiyahdi kabupaten pekalongan  lebih bergairah dan yang sangat diharapkan munculnya kader-kader baru sehingga Pemuda muhammadiyah berkembang di kabupaten pekalongan  hingga ke pelosok-pelosok. Kegiatan ini berlangsung di MTs Muhammadiyah Talun pada bulan Maret 2016

        Jumlah peserta sekitar 93 orang, dimana setiap PCPM mengirimkan 5 (lima) orang peserta yang mana PCPM Wonokerto mengutus Taufiqurrochman (Ketua PCPM), Bagus Purnomo Aji, (Sekretaris PCPM), Deny Piliansyah, M.Saiful bahri, Moh. Aerodin anggota PCPM Wonokerto








TK AISYIYAH BUSTHANUL ATHFAL SIJAMBE

TK AISYIYAH BUSTHANUL ATHFAL SIJAMBE



1.              Sejarah dan Perkembangan TK ABA Sijambe

TK ABA Sijambe didirikan pada tanggal 17 juli 1993 oleh Pimpinan Ranting Aisyiyah Sijambe dengan nama Bustanul Athfal Aisyiyah (BAA) Sijambe yang bernaung dibawah Departemen Agama Kabupaten Pekalongan. Waktupertama kali berdiri kegiatan belajar mengajar bertempat di gedung Madrasah Diniyah Awaliyah Muhammadiyah Sijambe dengan jumlah awal murid ada 35 anak.Kemudian setelah berjalan selama 4 tahun BAA Sijambe yang dikelola oleh Pimpinan Ranting Aisyiyah ini mendapat banyak dukungan dari warga sehingga bisa mempunyai gedung sendiri yang beralamat di Jalan Patimura gang Masjid Al Muqorrobin desa Sijambe kecamatan Wonokerto kabupaten Pekalongan.[1]
Pada tahun 2008 dari Pimpinan Daerah Aisyiyah Majelis Dikdasmen Kabupaten Pekalongan memberi surat instruksi(meninidaklanjuti hasil Muktamar Pimpinan Pusat Aisyiyah) kepada semua Taman Kanak-Kanak Aisyiyah di Kabupaten Pekalongan untuk menseragamkan nama sekolah menjadi Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) , maka pada awal tahun 2009 BA Aisyiyah Sijambe mengajukan ijin operasional yang baru kepada Dinas Pendidkan Kabupaten Pekalongan.Kemudian nama BA Aisyiyah berubah nama menjadi Taman Kanak-Kanak Aisyiyah Bustanul Athfal (TK ABA) Sijambe sampai sekarang .

2.       Visi , Misi dan Tujuan Sekolah
a.       Visi TK ABA Sijambe
“ Terciptanya sistem pendidikan anak usia dini yang kondusif, demokratis, Islami dan diridhoi Allah SWT. Dalam rangka mengembangkan potensi anak sejak dini sesuai kemampuan dan tingkat perkembangannya.”
b.       Misi TK ABA Sijambe
1)       Membekali perkembangan anak dengan keimanan sehingga mereka menjadi anak yang beriman dan bertaqwa.
2)       Mengembangkan potensi anak sedini mungkin.
3)       Menciptakan suasana kondusif dan demokratis dalam perkembangan dan pertumbuhan anak selanjutnya.
c.       Tujuan Sekolah
1)         Menanamkan nilai-nilai dan tuntunan Islam sejak dini untuk menciptakan generasi yang memiliki akhlak mulia dan bermanfaat bagi agama, masyarakat, bangsa dan Negara.
2)         Menciptakan suasanan belajar yang kondusif yang bertujuan untuk mengembangkan potensi anak, baik psikis maupun fisik secara optimal mungkin.
3)         Menciptakan peserta didikyang memiliki keunggulan IPTEK, IMTAQ serta kecakapan-kecakapan lain sehingga anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan selanjutnya.
4)         Menciptakan iklim kerja yang dinamis, disiplin, dan peka terhadap perubahan dan perkembangan ilmu pengetahuan.[2]

3.       Letak Sekolah
Letak sekolah TK ABA Sijambe adalah didaerah pedesaan Sijambe yang merupakan bagian wilayah Kecamatan Wonokerto Kabupaten Pekalongan, keadaan lingkungannya dapat digambarkan sebagai berikut:
a.       Sebelah timur Desa Pesanggrahan
b.       Sebelah barat Desa Wonokerto
c.       Sebelah utara Desa Api-Api
d.       Sebelah selatan Desa Bebel[3]

4.       Keadaan pengurus, guru dan siswa
a.       Keadaan pengurus TK
Pelindung    : Kepala Desa Sijambe
Penasehat   : Pimpinan Ranting Aisyiyah Sijambe
Ketua           : Heny Agustina,ST.
Wakil ketua  : Hj. Kasturah
Sekretaris     : Siti Rita
Bendahara    : Tunisah
Pembantu     :
1)       Wartini
2)       Hamidah
b.       Keadaan guru 
Suatu lembaga dapat di katakan sebagai lembaga pendidikan yang baik apabila mempunyai dua unsur pokok dalam proses pendidikan dan pengajaran yaitu Pendidik dan Anak didik, karena mereka merupakan substansi dari pendidikan itu sendiri.


[1]Fatkhiyah, Kepala TK ABA Sijambe, wawancara pribadi di TK ABA Sijambe Senin, 8 September 2014 pukul 11.00 WIB.
[2]Dokumentasi Monografi TK ABA Sijambe Tahun 2014/2015, Senin 8 September 2014
[3]Hasil pengamatan langsung, Sabtu 6 September 2014

Pengajian Tahsin Ahad Pagi PCM Wonokerto

Pengajian Tahsin Ahad Pagi PCM Wonokerto

    Pengajian Tahsin merupakan pengajian khusus untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Pengajian ini dilaksanakanoleh PCM Wonokerto pada hari Ahad pagi minggu ketiga setiap bulan tahun miladiyah dengan mengambil tempat di Masjid At-Taqwa PRM Bebel dengan nara sumber Ust. Slamet Thohirin,S.Pdi dari PDM Kota Pekalongan.

         Maksud dari pelaksanaan Pengajian Tahsin adalah mengajarkan cara membaca huruf  hijaiyah, tajwid, dan hukum bacaan kepada anak-anak gampong Tualang. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan warga Muhmmadiyah Wonokerto dalam membaca Al-Qur’an terutama para imam Masjid/Musholla milik Muhammadiyah dan guru mengaji di TPQ  se-cabang Wonokerto. Sasaran yang ingin dicapai yaitu warga Muhmmadiyah Wonokerto dalam membaca Al-Qur’an terutama para imam Masjid/Musholla milik Muhammadiyah dan guru mengaji di TPQ  se-cabang Wonokerto dapat mengetahui tentang hukum bacaan dan cara membacanya, tajwid dan cara membaca huruf hijaiyah dengan baik dan sesuai kaidah Al-Qur’an

       Sasaran yang dicapai adalah sebagian besar warga Muhmmadiyah Wonokerto dalam membaca Al-Qur’an terutama para imam Masjid/Musholla milik Muhammadiyah dan guru mengaji di TPQ  se-cabang Wonokerto telah mengerti dan mengetahui tentang hukum bacaan dan cara membacanya, tajwid dan cara membaca huruf hijaiyah dengan baik. Sebagai tindak lanjut, diharapkan kepada guru ngaji yang mengajar di gampong Tualang dapat menjelaskan tentang hukum bacaan, tajwid, dan cara membaca huruf  hijaiyah yang baik.

        Faktor Pendukung pengajian tahsin adalah adanya warga Muhmmadiyah Wonokerto dalam membaca Al-Qur’an terutama para imam Masjid/Musholla milik Muhammadiyah dan guru mengaji di TPQ  se-cabang Wonokerto sebagai santri, tersedia balai tempat pengajian dan guru mengaji yang mampu di bidang Al-Qur’an. 

Pengajian Tahsin Ahad Pagi PCM Wonokerto

Pengajian Tahsin Ahad Pagi PCM Wonokerto

    Pengajian Tahsin merupakan pengajian khusus untuk memperbaiki bacaan Al-Qur’an. Pengajian ini dilaksanakanoleh PCM Wonokerto pada hari Ahad pagi minggu ketiga setiap bulan tahun miladiyah dengan mengambil tempat di Masjid At-Taqwa PRM Bebel dengan nara sumber Ust. Slamet Thohirin,S.Pdi dari PDM Kota Pekalongan.

         Maksud dari pelaksanaan Pengajian Tahsin adalah mengajarkan cara membaca huruf  hijaiyah, tajwid, dan hukum bacaan kepada anak-anak gampong Tualang. Tujuannya adalah meningkatkan kemampuan warga Muhmmadiyah Wonokerto dalam membaca Al-Qur’an terutama para imam Masjid/Musholla milik Muhammadiyah dan guru mengaji di TPQ  se-cabang Wonokerto. Sasaran yang ingin dicapai yaitu warga Muhmmadiyah Wonokerto dalam membaca Al-Qur’an terutama para imam Masjid/Musholla milik Muhammadiyah dan guru mengaji di TPQ  se-cabang Wonokerto dapat mengetahui tentang hukum bacaan dan cara membacanya, tajwid dan cara membaca huruf hijaiyah dengan baik dan sesuai kaidah Al-Qur’an

       Sasaran yang dicapai adalah sebagian besar warga Muhmmadiyah Wonokerto dalam membaca Al-Qur’an terutama para imam Masjid/Musholla milik Muhammadiyah dan guru mengaji di TPQ  se-cabang Wonokerto telah mengerti dan mengetahui tentang hukum bacaan dan cara membacanya, tajwid dan cara membaca huruf hijaiyah dengan baik. Sebagai tindak lanjut, diharapkan kepada guru ngaji yang mengajar di gampong Tualang dapat menjelaskan tentang hukum bacaan, tajwid, dan cara membaca huruf  hijaiyah yang baik.

        Faktor Pendukung pengajian tahsin adalah adanya warga Muhmmadiyah Wonokerto dalam membaca Al-Qur’an terutama para imam Masjid/Musholla milik Muhammadiyah dan guru mengaji di TPQ  se-cabang Wonokerto sebagai santri, tersedia balai tempat pengajian dan guru mengaji yang mampu di bidang Al-Qur’an. 

Dakwah Kreatif, Pengajian Ahad Pagi Muhammadiyah Wonokerto

Dakwah Kreatif, Pengajian Ahad Pagi Muhammadiyah Wonokerto

     

     Dalam rangka menggerakkan dakwah pencerahan, Pimpinan CAbang Muhammadiyah Wonokerto mengadakan acara pengajian Ahad pagi  yang diselenggarakan setiap Hari Ahad pagi minggu pertama kalender miladiyah ke Masjid/Musholla milik Muhammadiyah se-cabang Wonokerto diselenggarakan secara bergilir. Pengajian itu juga diselingi dengan ramah tamah yang menyajikan sarapan pagi dengan menu makanan yang sangat digemari masyarakat Pekalongan yakni “nasi megono”.


“Pengajian ahad pagi ini alhamdulillah sudah berjalan selama kurang lebih 3 tahun dengan Nara sumber dan materi secata tematik yang disusun oleh Majlis Tabligh PCM Wonokerto yang sudah ditanfidzkan dalamprogram kerja PCM Wonokerto”. Kata Bapak Pulkoni,S.Pd. selaku ketua PCM Wonokerto.

Pengajian Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah Masyarakat Wonokerto

Pengajian Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah Masyarakat Wonokerto



Pimpinan Cabang   Muhammadiyah kecamatan Wonokerto usai sholat Isya hari Kamis malam Jumat lalu (10/11) mengadakan Kajian Rutin mingguan Pengajian Himpunan Putusan Tarjih  yang sesuai jadwal di masjid AL Falah Ranting Wonokerto Kulon.
Pengajian ini dilaksanakan secara bergiliran dari masjid/musholla milik Muhammadiyah se-cabang Wonokerto. Sekitar 150 orang jamah dari pimpinan dan simpatisan wrga Muhammadiyah mengikuti rangkaian acara hingga usai. Dibuka dengan sambutan dari ketua   PCM  Wonokerto,Ust.Pulkkoni Akrom,S.Pd. , yang menghaturkan rasa terima kasih atas kesediaan masyarakat untuk terus berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang diselenggarakan oleh Majlis Tabligh PCM Wonokerto .
Menjadi inti acara sore itu, Ustadz Affan Hadi, menyampaikan materi tentang “KEINDAHAN SYIRIK YANG MENYENGSARAKAN “.
Menjelang pukul 22.15 sambil bersalam-salaman antar peserta, pengajian Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah itupun diakhiri.


Pentingnya Mentadabburi Al Qur 'an

Pentingnya Mentadabburi Al Qur 'an

oleh : Ustadz Eri Bachri

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ إِلَيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ؛ إِلَهُ الأَوَّلِيْنَ وَالآخِرِيْنَ وَقُيُوْمُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِيْنَ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَصَفِيُّهُ وَخَلِيْلُهُ وَأَمِيْنُهُ عَلَى وَحْيِهِ؛ بَلَّغَ الرِسَالَةَ وَأَدَّى الأَمَانَةَ وَنَصَحَ الأُمَّةَ وَجَاهَدَ فِي اللهِ حَقَّ جِهَادِهِ حَتَّى أَتَاهُ اليَقِيْنُ، فَصَلَوَاتُ اللهِ وَسَلَامُهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ.
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ مَعَاشِرَ المُؤْمِنِيْنَ:
اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى ؛ فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنُهُ وَدُنْيَاهُ
Ibadallah,
Alquran merupakan petunjuk bagi manusia, artinya semua yang disampaikannya merupakan pesan dan nasihat-nasihat sehingga menjadi suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam membentuk pribadi manusia dari dahulu sampai dengan sekarang. Diantara metode Alquran dalam menyampaikan pesan dan nasehat adalah melalui kisah. Alquran membawakan banyak sekali kisah, baik berkenaan dengan perjalanan para Nabi dan Rasul juga berbagai peristiwa yang terjadi antara mereka dengan orang-orang yang beriman maupun orang-orang yang kafir. Juga berkenaan  dengan kisah sejumlah orang atau kelompok, seperti kisah Maryam, Luqman, Dzulqarnain, Qarun, pemuda al-Kahfi, tentara gajah, orang-orang yang dilemparkan ke dalam parit api dan kisah-kisah lainnya.
Kisah-kisah dalam Alquran itu sarat dengan pesan dan nasihat, baik secara tersurat maupun tersirat. Dalam menyampaikan pesan dan nasehat, tidak harus selalu disampaikan dengan jelas dan gambling dengan metode ceramah, terkadang melalui kisah yang perlu perenungan terlebih dahulu itu lebih mengena di hati.
Kaum muslimin rahimakumullah,
Kisah atau cerita yang benar adalah salah satu metode yang sangat menyenangkan dan menyentuh hati untuk menjadi sarana menumbuhkan iman. Kisah-kisah dalam Alquran merupakan kisah paling benar sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Azza wa Jalla:
وَمَنْ أَصْدَقُ مِنَ اللَّهِ حَدِيثًا
Dan siapakah orang yang lebih benar perkataannya dari pada Allah? (an-Nisa’/4:87).
Demikianlah semua kisah dan cerita yang ada dalam Alquran adalah benar dan pas, karena menceritakan realita yang terjadi tanpa ada pengurangan dan penambahan. AllahAzza wa Jalla berfirman:
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ نَبَأَهُمْ بِالْحَقِّ
Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar (Al-Kahfi/18:13)
Juga firman-Nya:
إِنَّ هَٰذَا لَهُوَ الْقَصَصُ الْحَقُّ ۚ وَمَا مِنْ إِلَٰهٍ إِلَّا اللَّهُ ۚ وَإِنَّ اللَّهَ لَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak diibadhi) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Ali Imran/3:62)
Allah Subhanahu wa Ta’ala suci dari sifat dusta sehingga tidak mungkin Allah Azza wa Jallamengisahkan kisah-kisah yang tidak terjadi atau fiktif. Allah Azza wa Jalla juga maha mengetahui, mendengar dan melihat serta menyaksikan semuanya. Oleh karena itu ketika Allah Subhanahu wa Ta’ala mengisahkan satu kisah, berarti kisah itu benar dan diceritakan berdasarkan ilmu.
Kisah Alquran juga merupakan sebaik-baik kisah sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Azza wa Jalla :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَٰذَا الْقُرْآنَ
Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Alquran ini kepadamu. (Yusuf/12:3)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di t ketika menafsirkan ayat ini mengatakan, “Hal itu karena kisah-kisahnya benar, kalimat-kalimatnya terangkai dengan baik dan makna yang terkandung begitu indah. (Taisir Karimirrahman).
Oleh karena itu, kisah-kisah Alquran merupakan kisah yang paling bermanfaat. Allah Azza wa Jalla berfirman:
لَقَدْ كَانَ فِي قَصَصِهِمْ عِبْرَةٌ لِأُولِي الْأَلْبَابِ ۗ مَا كَانَ حَدِيثًا يُفْتَرَىٰ وَلَٰكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ كُلِّ شَيْءٍ وَهُدًى وَرَحْمَةً لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Alquran itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman (Yusuf/12:111)
Siapa saja yang meyakini bahwa semua kisah-kisah dalam Alquran dan yang disampaikan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah benar dan nyata, maka insya Allah, kisah-kisah itu akan memberikan pengaruh besar pada perbaikan dan pembinaan diri.
Demikian penting kisah-kisah ini, hingga Allah Subhanahu wa Ta’ala perintahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk menceritakan kepada manusia semua kisah yang diketahuinya, agar menjadi bahan renungan dan mengambil pelajaran. Allah Azza wa Jalla berfirman:
وَلَوْ شِئْنَا لَرَفَعْنَاهُ بِهَا وَلَٰكِنَّهُ أَخْلَدَ إِلَى الْأَرْضِ وَاتَّبَعَ هَوَاهُ ۚ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ الْكَلْبِ إِنْ تَحْمِلْ عَلَيْهِ يَلْهَثْ أَوْ تَتْرُكْهُ يَلْهَثْ ۚ ذَٰلِكَ مَثَلُ الْقَوْمِ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِآيَاتِنَا ۚ فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (al-A’raf/7: 176).
Syaikh Salim bin ‘Ied al-Hilali mengatakan bahwa tujuan dihadirkan kisah-kisah para Nabi adalah untuk memberikan pelajaran kepada kaum Mukminin sepanjang masa; agar menjadi bekal bagi para pengikut mereka yang jujur dan ikhlas (Shahih Qashashil Anbiya’, hlm. 5).
Memang demikianlah, para Nabi dan para da’i sejak dahulu telah mengambil pelajaran dari kisah-kisah umat terdahulu untuk terus memenuhi jiwa mereka dan meneguhkan hati mereka. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَكُلًّا نَقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهِ فُؤَادَكَ ۚ وَجَاءَكَ فِي هَٰذِهِ الْحَقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَذِكْرَىٰ لِلْمُؤْمِنِينَ
Dan semua kisah dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman (Hud/11:120)
Ibadallah,
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan tentang hikmah kisah-kisah dalam Alquran:
Pertama: Penjelasan mengenai hikmah Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam kandungan kisah-kisah tersebut, sebagaimana firman-Nya:
وَلَقَدْ جَاءَهُمْ مِنَ الْأَنْبَاءِ مَا فِيهِ مُزْدَجَرٌ ﴿٤﴾ حِكْمَةٌ بَالِغَةٌ ۖ فَمَا تُغْنِ النُّذُرُ
Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka beberapa kisah yang di dalamnya terdapat cegahan (dari kekafiran). Itulah suatu hikmat yang sempurna, maka peringatan-peringatan itu tiada berguna (bagi mereka) (al-Qamar/54:4-5)
Kedua: Menjelaskan keadilan Allah Azza wa Jalla melalui hukuman-Nya terhadap orang-orang yang mendustakan-Nya. Allah Azza wa Jalla berfirman tentang orang-orang yang mendustakan-Nya:
وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَٰكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ۖ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ لَمَّا جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ ۖ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ
Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, kerana itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Rabbmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan (Hud/11:101)
Ketiga: Menjelaskan karunia-Nya berupa pemberian pahala dan keselamatan kepada yang beriman, sebagaimana firman-Nya:
إِنَّا أَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ حَاصِبًا إِلَّا آلَ لُوطٍ ۖ نَجَّيْنَاهُمْ بِسَحَرٍ
Kecuali keluarga Luth. Mereka Kami selamatkan di waktu sebelum fajar menyingsing (Al-Qamar/54:34)
Keempat: Sebagai hiburan bagi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam menghadapi sikap orang-orang yang mendustakannya, sebagaimana firman-Nya,
وَإِنْ يُكَذِّبُوكَ فَقَدْ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَبِالزُّبُرِ وَبِالْكِتَابِ الْمُنِيرِ ﴿٢٥﴾ ثُمَّ أَخَذْتُ الَّذِينَ كَفَرُوا ۖ فَكَيْفَ كَانَ نَكِيرِ
“Dan jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul-rasulnya); kepada mereka telah datang rasul-rasulnya dengan membawa mukjizat yang nyata, Zabur dan kitab yang memberi penjelasan yang sempurna. Kemudian Aku adzab orang-orang yang kafir; maka (lihatlah) bagaimana (hebatnya) akibat kemurkaan-Ku.” (Fathir/35:25-26)
Kelima: Sebagai motivasi bagi kaum Mukminin agar tegar dalam keimanan bahkan bertambah imannya saat mereka tahu kaum Mukminin terdahulu telah selamat dan menang saat diperintahkan berjihad.
Keenam: Sebagai peringatan bagi orang-orang kafir akan akibat buruk yang mereka dapatkan jika mereka terus-menerus dalam kekufuran, sebagaimana firman-Nya,
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۚ دَمَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ ۖ وَلِلْكَافِرِينَ أَمْثَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi sehingga mereka dapat memerhatikan bagaimana kesudahan orang-orang yang sebelum mereka; Allah telah menimpakan kebinasaan atas mereka dan orang-orang kafir akan menerima (akibat-akibat) seperti itu.” (Muhammad/47:10)
أَقُوْلُ مَا تَسْمَعُوْنَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ، وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ وَالاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْماً كَثِيْرًا .
أَمَّا بَعْدُ عِبَادَ اللهِ: اِتَّقُوْا اللهَ تَعَالَى.
Ibadallah,
Ketujuh: Semakin mengukuh kebenaran risalah Nabi Muhammad n , sebab berita-berita tentang umat-umat terdahulu tidak ada yang mengetahuinya selain Allah Azza wa Jalla. Allah berfirman:
تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ ۖ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلَا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَٰذَا
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. (Hud/11:49)
Dan juga berfirman:
أَلَمْ يَأْتِكُمْ نَبَأُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ قَوْمِ نُوحٍ وَعَادٍ وَثَمُودَ ۛ وَالَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ ۛ لَا يَعْلَمُهُمْ إِلَّا اللَّهُ
Belumkah sampai kepadamu berita orang-orang sebelum kamu (iaitu) kaum Nuh, ‘Ad, Tsamud dan orang-orang sesudah mereka. Tidak ada yang mengetahui mereka selain Allah.” (Ibrahim/14:9)(1)
Demikianlah urgensi kisah-kisah dalam Alquran yang sudah seharusnya kita semua mampu mengambil pelajaran darinya.
Semoga penjelasan ini memberikan dorongan dan motivasi untuk mengenal lebih jauh kisah-kisah yang ada dalam Alquran.
وَاعْلَمُوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – أَنَّ أَصْدَقَ الحَدِيْثِ كَلَامُ اللهِ وَخَيْرَ الهُدَى هُدَى مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَشَرَّ الأُمُوْرِ مُحْدَثَاتُهَا، وَكُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ، وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ، وَكُلَّ ضَلَالَةٍ فِي النَّارِ، وَعَلَيْكُمْ بِالْجَمَاعَةِ فَإِنَّ يَدَ اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ .
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا – رَحِمَكُمُ اللهُ – عَلَى إِمَامِ الهُدَاةِ وَسَيِّدِ الأَوَّلِيْنَ الآخِرِيْنَ مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦]، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)) .
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ، وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ .
َللَّهُمَّ أَعِزَ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ وَكِتَابِكَ وَسُنَّةَ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، اَللَّهُمَّ وَانْصُرْ عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ وَعَلَيْكَ بِأَعْدَاءِ الدِّيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ شُرُوْرِهِمْ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْهُمْ هُدَاةً مُهْتَدِيْنَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَّ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَقْوَى وَسَدِّدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ الصَالِحَةَ النَاصِحَةَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أَمْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا اَلَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا اَلَّتِي فِيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ وَالمَوْتَ رَاحَةً لَنَا فِي كُلِّ شَرٍّ. اَللَّهُمَّ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا، زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَاهَا. اَللَّهُمَّ أّصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوْبِنَا وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَأَخْرِجْنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوْرِ، وَباَرِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّاتِنَا وَأَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَاتِنَا وَاجْعَلْنَا مُبَارَكِيْنَ أَيْنَمَا كُنَّا.
اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ الغَلَا وَمِنَ البَلاَ وَمِنَ الفِتَنِ وَمِنَ المِحَنِ كُلَّهَا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِناَ هَذَا خَاصَّةً وَسَائِرِ بِلَادِ المُسْلِمِيْنَ عَامَةً يَا ذَا الْجَلَالِ وَالإِكْرَامِ. اَللَّهُمَّ إِنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ الأَخْلَاقِ وَالأَهْوَاءِ وَالأَدْوَاءِ، اَللَّهُمَّ اهْدِنَا لِأَحْسَنِ الأَخْلَاقِ لَا يَهْدِي لِأَحْسَنِهَا إِلَّا أَنْتَ، وَاصْرِفْ عَنَّا سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ. اَللَّهُمَّ اهْدِنَا وَسَدِدْنَا، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكُ الهُدَى وَالتُّقَى وَالعِفَّةَ وَالغِنَى .
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا مَا قَدَّمْنَا وَمَا أَخّرْنَا وَمَا أَسْرَرْنَا وَمَا أَعْلَنَّا وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنَّا أَنْتَ المُقَدِّمُ وَأَنْتَ المُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيٍءٍ قَدِيْرٍ.
وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ، وَصَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارِكْ وَأَنْعِمْ عَلَى عَبْدِهِ وَرَسُوْلِهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَآلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ .
(Diadaptasi dari tulisan Ustadz Khalid Syamhudi di majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XIX/1436H/2015M).
badallah,
Khotib mewasiatkan kepada diri khotib pribadi dan jamaah sekalian agar bertakwa kepada Allah. Bertakwalah kepada Allah! Karena dunia ini pasti berlalu. Sedangkan akhirat adalah kekal. Berbekallah  di tempat yang fana ini untuk kehidupan yang kekal. Orang-orang sebelum kalian telah pergi meninggalkan dunia ini. Demikian juga dengan Anda sekalian, juga akan meninggalkannya. Mereka meninggalkan keluarga, harta, dan tempat tinggal. Dan Anda sekalian juga akan meninggalkannya. Mereka berlalu dari semua yang ada, kalian juga akan berlalu. Kedudukan mereka sesuai dengan amalan mereka, kalian juga akan mendapatkan hal yang sama. Mereka dimintai tanggung jawab, dan kalian pun akan dimintai tanggung jawab.
Oleh karena itu, bersungguh-sungguhlah, bersegeralah dalam beramal, akan datang kepada kalian apa yang telah dijanjikan. Pada hari ditiupnya sangkakala, saat orang-orang dibangkitkan dari kuburnya, apa yang tersimpan dalam hati diungkapkan, dan rahasia-rahasia diperlihatkan.
﴿وَنُفِخَ فِي الصُّورِ فَصَعِقَ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَمَن فِي الْأَرْضِ إِلَّا مَن شَاءَ اللَّهُ  ثُمَّ نُفِخَ فِيهِ أُخْرَىٰ فَإِذَا هُمْ قِيَامٌ يَنظُرُونَ (68) وَأَشْرَقَتِ الْأَرْضُ بِنُورِ رَبِّهَا وَوُضِعَ الْكِتَابُ وَجِيءَ بِالنَّبِيِّينَ وَالشُّهَدَاءِ وَقُضِيَ بَيْنَهُم بِالْحَقِّ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (69) وَوُفِّيَتْ كُلُّ نَفْسٍ مَّا عَمِلَتْ وَهُوَ أَعْلَمُ بِمَا يَفْعَلُونَ﴾
“Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan di bumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). Dan terang benderanglah bumi (padang mahsyar) dengan cahaya (keadilan) Tuhannya; dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi dan diberi keputusan di antara mereka dengan adil, sedang mereka tidak dirugikan. Dan disempurnakan bagi tiap-tiap jiwa (balasan) apa yang telah dikerjakannya dan Dia lebih mengetahui apa yang mereka kerjakan.” (QS:Az-Zumar | Ayat: 68-70).
Kaum muslimin,
Di akhir tahun ini, orang-orang berjrih payah wukuf di Arafah bermuhasabah. Mereka merenungkan keadaan hisab, menguntungkan atau merugikan. Barangsiapa yang mendapatkan kebaikan hendaknya ia bersyukur kepada Allah dan menambahkan perbekalannya. Karena sebaik-baik perbekalan adalah ketakwaan. Barangsiapa yang kurang amalnya, hendaknya ia mawas diri. Jangan terus-menerus dalam keadaan tersebut. Bertaubatlah kepada Allah. Jadikan masa sekarang ini lebih baik dari masa yang lalu. Dan Allah menerima taubat orang-orang yang bertaubat.
Ya Allah, jadikan keadaan kami sekarang lebih baik dari apa yang telah kami lewati. Dan masa yang akan datang lebih baik dari sekarang. beri kami taufik untuk beramal shaleh. Jauhkan kami dari fitnah-fintah yang zahir maupun yang batin. Dan satukanlah kalimat kaum muslimin di atas kebenaran dan petunjuk. Ya Allah, berilah kemuliaan pada Islam dan kaum muslimin. hinakanlah kebatilan, musuh-musuh dan agama mereka.
Ma’asyiral muslimin,
Dalam melihat keadaan umat kita saat ini, perlu kita renungi firman Allah ,
﴿إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّى يُغَيِّرُوا مَا بِأَنفُسِهِمْ﴾
“Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (QS:Ar-Ra’d | Ayat: 11).
Kaum muslimin dahulu selalu membebaskan suatu wilayah dengan berdzikir kepada Allah. Dan mereka tidak mendirikan satu negara pun kecuali dengan manhaj Allah. Mereka tidak pernah memerangi suatu daerah dalam keadaan lalai dari Allah dan berpalign dari jalan Allah yang lurus. Mereka tidak pernah merugikan hak seorang hamba Allah pun.
Ma’syiral muslimin,
Permasalahan muhasabah adalah suatu pembahasan yang panjang. Namun hal itu kana mudah apabila disertai tekad dan niat yang ikhlas.
Pada kesempatan kali ini, kita berbicara tentang keadaan umat kita. Tentang sebagian kelompok dari umat ini. Melihat tentang hak-hak mereka. Kelompok ini –atas izin Allah- merupakan pintu yang mengantarkan pada pertolongan. Dibukanya pintu rezeki. Sebagaimana hal ini dijelaskan oleh Nabi Muhammad :
«وهل تُنصَرُون وتُرزَقون إلا بضُعفائِكم»
“Bukankah kamu ditolong dan diberi rezeki karena orang-orang lemah di antara kalian.” (HR. al-Bukhari).
Ayyuhal muslimun,
Sifat lemah adalah sesuatu yang menempel pada setiap manusia. Manusia itu diciptakan dari keadaan lemah. Dan menuju lemah juga akhir perjalanan hidup mereka. Demikianlah sunnatullah pada kehidupan manusia di dunia ini. Mereka mesti melewati fase lemah. Dan butuh kepada orang lain.
Bagi orang yang berpikir, melihat keadaan manusia ini saja sudah cukup jadi pelajaran. Melihat bagaimana manusia tumbuh berangsur-angsur. Mereka lahir dalam keadaan lemah dan butuh orang lain yang memperhatikan dan mengurus mereka. Setelah tumbuh besar, Allah anugerahkan kepada mereka kekuatan. Agar mereka membalas budi kepada orang-orang yang perhatian dan mengurus mereka. Kemudian manusia dikembalikan kepada keadaan lemah lagi atau tua.
﴿اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً  يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ﴾
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS:Ar-Ruum | Ayat: 54).
Ibadallah,
Jika demikian, orang yang memiliki pemikiran yang baik, akan memperhatikan mereka yang dalam keadaan lemah. Mereka yang dalam keadaan lemah dalam waktu yang panjang.
Siapa yang ingin merasakan keadaan lemah, maka hendaknya ia mengingat keadaan seorang bayi. Seorang anak yang lemah. Merasakan sebagai orang tuanya. Yang mendekat dan menundukkan diri untuknya. Para orang tua ini takut meninggalkan mereka menghadapi hari-hari. Kerasnya kehidupan. Kasarnya orang-orang yang mereka harapkan. Terhalanginya mereka dari orang yang menjadi tempat bersandar. Mereka berharap seorang pelindung menggantikan posisi orang tua mereka. Melindungi mereka dengan kebaikan dan kasihnya.
﴿وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا﴾
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 9).
Saudara-saudaraku yang saya cintai,
Lemah dan orang-orang yang lemah adalah suatu sebutan yang tak memiliki batas. Mereka adalah kelompok yang tak terbatas. Orang-orang yang lemah adalah mereka yang memiliki kebutuhan tapi tidak mampu menunaikannya. Mereka adalah dari kalangan orang-orang fakir, miskin, orang yang sakit, orang asing, musafir, anak-anak yatim, dan janda-janda. Mereka juga orang-orang yang butuh sedekah dan infak. Orang-orang yang dizhalimi. Pegawai-pegawai yang memiliki hak. Orang-orang yang ditimpa musibah dan pengungsi. Mereka orang-orang yang tidak mampu memperoleh hak mereka secara mandiri. Mungkin karena mereka lemah. Bisa juga karena kuatnya orang yang zhalim yang memiliki kekuasaan, dll.
Ada pula orang-orang yang lemah secara fisik. Atau lemah secara akal. Atau lemah dalam keadaan mereka. Mereka adalah orang-orang yang lemah karena mereka tak memiliki kekuatan berhadpan dengan orang besar yang zhalim. Orang yang lemah adalah orang yang tidak memiliki kemampuan mengambil hak-hak mereka. Juga menghilangkan kezhaliman dari mereka.
Ma’asyiral muslimin,
Apabila Anda menginginkan penjelasan lebih mendalam tentang jenis-jenis orang yang lemah dan sifat-sifat mereka, renungkan ayat-ayat Alquran dan hadits-hadits Nabi berikut ini:
Allah berfirman,
﴿وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ﴾
“kemudian datanglah masa tua pada orang itu sedang dia mempunyai keturunan yang masih kecil-kecil.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 266).
﴿وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا﴾
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 9).
Allah juga berfirman,
﴿فَإِن كَانَ الَّذِي عَلَيْهِ الْحَقُّ سَفِيهًا أَوْ ضَعِيفًا أَوْ لَا يَسْتَطِيعُ أَن يُمِلَّ﴾
“Jika yang berhutang itu orang yang lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu mengimlakkan.” (QS:Al-Baqarah | Ayat: 282).
﴿لَّيْسَ عَلَى الضُّعَفَاءِ وَلَا عَلَى الْمَرْضَى وَلَا عَلَى الَّذِينَ لَا يَجِدُونَ مَا يُنفِقُونَ حَرَجٌ إِذَا نَصَحُوا لِلَّهِ وَرَسُولِهِ﴾
“Tiada dosa (lantaran tidak pergi berjihad) atas orang-orang yang lemah, orang-orang yang sakit dan atas orang-orang yang tidak memperoleh apa yang akan mereka nafkahkan, apabila mereka berlaku ikhlas kepada Allah dan Rasul-Nya.” (QS:At-Taubah | Ayat: 91).
﴿وَمَا لَكُمْ لَا تُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَالْمُسْتَضْعَفِينَ مِنَ الرِّجَالِ وَالنِّسَاءِ وَالْوِلْدَانِ الَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا أَخْرِجْنَا مِنْ هَذِهِ الْقَرْيَةِ الظَّالِمِ أَهْلُهَا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ وَلِيًّا وَاجْعَل لَّنَا مِن لَّدُنكَ نَصِيرًا﴾
“Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah dan (membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita-wanita maupun anak-anak yang semuanya berdoa: “Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami dari negeri ini (Mekah) yang zalim penduduknya dan berilah kami pelindung dari sisi Engkau, dan berilah kami penolong dari sisi Engkau!”.” (QS:An-Nisaa | Ayat: 75).
Firman-Nya yang lain,
﴿فَدَعَا رَبَّهُ أَنِّي مَغْلُوبٌ فَانتَصِرْ﴾
“Maka dia mengadu kepada Tuhannya: “bahwasanya aku ini adalah orang yang dikalahkan, oleh sebab itu menangkanlah (aku)”.” (QS:Al-Qamar | Ayat: 10).
Dan firman-Nya,
﴿وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ  وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَن ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا﴾
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.” (QS:Al-Kahfi | Ayat: 28).
Di dalam hadits, Rasulullah bersabda,
« أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَهْلِ الْجَنَّةِ كُلُّ ضَعِيفٍ مُتَضَعِّفٍ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لأَبَرَّهُ»
“Maukah kalian aku kabarkan tentang penduduk surge? Mereka adalah setiap orang yang lemah dan dianggap lemah oleh manusia. Tapi jika mereka bersumpah atas nama Allah, pasti Allah mengabulkannya.” (HR. al-Bukhari).
Dalam riwayat selain al-Bukhari:
«ألا أُخبِرُكم بخيرِ عبادِ الله: الضعيفُ المُستضعَف ذو الطِّمرَيْن لا يُؤبَهُ له، لو أقسمَ على اللهِ لأبرَّه»
“Maukah kalian aku kabarkan tentang hamba Allah yang terbaik? Mereka adalah orang yang lemah dan dianggap lemah. Hanya memiliki dua pakaian yang telah using. Dan tidak dianggap orang. Tapi, jika mereka bersumpah, Allah tidak akan menolaknya.”
Nabi bersabda,
«أيُّكم أمَّ الناسَ فليُخفِّف؛ فإن فيهم الضعيفَ والسقيمَ وذا الحاجة»
“Siapa saja di antara kalian yang memimpin manusia, maka permudahlah. Karena pada mereka terdapat orang yang lemah, yang sakit, dan yang berkebutuhan.” (HR. Muslim).
Beliau juga bersabda,
« اللَّهُمَّ إِنِّي أُحَرِّجُ حَقَّ الضَّعِيفَيْنِ : الْيَتِيمِ ، وَالْمَرْأَةِ»
“Ya Allah! Sesungguhnya saya menyatakan haram (kepada umat Muhammad untuk melalaikan) hak dua orang yang lemah: anak yatim dan wanita.” (hadits hasan diriwayatkan oleh Ibnu Majah).
Makna dari kata Uharriju (Arab: أُحرِّجُ) adalah menemui kesulitan. Artinya dosa bagi mereka yang menyia-nyiakan hak kedua golongan ini.
Nabi juga bersabda,
«السَّاعي على الأرملةِ والمسكينِ كالمُجاهدِ في سبيلِ اللَّهِ»
“Orang yang membantu janda-janda dan orang-orang miskin seperti berjihad di jalan Allah.”
Beliau juga mengatakan,
«كالقائمِ لا يفتُرُ، وَكالصَّائمِ الذي لا يُفطِرُ»
“Seperti orang yang shalat semalaman dan berpuasa setiap hari.” (Muttafaqun ‘alaih).
Beliau juga mengajarkan doa:
« اللَّهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِن غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ»
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari lilitan hutang dan kesewenang-wenangan manusia.”
Dan tidaklah seseorang diberlakukan sewenang-wenang kecuali ia dalam kondisi lemah.
وفي حديثٍ صحيحٍ صريحٍ: «لا قُدِّسَت أمَّةٌ لا يُعطَى الضَّعيفُ فيها حقَّه غيرَ مُتعْتعٍ».
“Tidak disucikan sekolompok orang yang tidak memberi hak orang-orang lemah, padahal ia dalam keadaan yang tidak kacau menakutkan.”
Ma’asyiral muslimin,
Karena semua alasan ini, kemudian agar supaya umat ini mendapat pertolongan, diluaskan rezekinya, diberkahi usahanya, dan disatukan kalimatnya, Rasulullah bersabda,
أَبْغُونِي ضُعَفَاءَكُمْ، فَإِنَّكُمْ إِنَّمَا تُرْزَقُونَ وَتُنْصَرُونَ بِضُعَفَائِكُم
“Senangkanlah aku dengan bersegera membantu orang-orang yang lemah kalian. Kalian hanya diberikan rezeki dan ditolong karena orang-orang lemah kalian.” (HR. Ahmad, Abu Daud dan At-Tirmidzi).
Dari hadits ini kita dapat memetik pelajaran:
Pertama: Nabi bersabda, “Senangkanlah aku”.
Maksdunya adalah carilah cintaku, kedekatan denganku, dan ridhaku dari orang-orang lemah di antara kalian. Lihatlah keadaan mereka. Perharianlah terhadap mereka. Jaga hak-hak mereka. Perbaguslah ucapan dan perbuatan terhadap mereka. Senangkan hati mereka. Karena Nabi adalah seorang yang menanggung beban orang lain dan menolong serta sebagai wakil dalam kebenaran.
Nabi mengunjungi orang-orang yang lemah. Membesuk mereka yang sakit. Melayat jenazah-jenazah mereka. beliau bagaikan musim semi bagi anak-anak yatim. Sandaran bagi para janda yang suami mereka wafat dalam peperangan. Beliau berdoa untuk kebaikan mereka. dan beliau berjalan bersama para janda dan orang-orang miskin hingga beliau tunaikan kebutuhan-kebutuhan mereka.
Kedua: sabda beliau “Kalian hanya diberikan rezeki dan ditolong karena orang-orang lemah kalian.” Dalam riwayat al-Bukhari, “Bukankah kalian diberi rezeki dan ditolong lantaran orang-orang lemah di antara kalian.”
Dan Imam al-Bukhari telah membuat bab khusus tentang permasalahan ini. beliau menusli sebuah bab dalam shahihnya “Bab Siapa yang Menolong Orang yang Lemah dan Orang Shaleh dalam Peperangan”.
Para ulama mengatakan, “Tidak selayaknya seseorang menganggap remeh permasalahan orang-orang lemah dalam permasalahan jihad dan sebab kemenangan. Demikian juga tentang sebab datangnya rezeki dan pekerjaan.”
Mengapa? Mengapa pertolongan Allah itu datang melalui perantara orang-orang lemah? Mengapa rezeki dapat diperoleh lantaran orang-orang yang dianggap lemah?
Karena kemenangan dan rezeki itu datangnya dari Allah. Bukan karena sebab usaha fisik semata. Ada sebab-sebab abstrak yang berpengaruh besar.
Orang-orang yang lemah, yang tidak memiliki kemampuan dan kekuatan. Mereka tidak memiliki harta dan jabatan sebagai sandaran. Namun mereka adalah orang lemah yang mengetahui ilmu agama. Meyakininya dengan sepenuh keyakinan. Mereka yakin bahwa kecukupan, rezeki, dan pertolongan ada di tangan Allah. Mereka berada dalam puncak kelemahan. Hati-hati mereka lebur dan hanya kepada Allah saja mereka mengadu. Mereka yakin dan bersandar hanya kepada Allah. Hanya kepada-Nyalah mereka berharap. Pertolongan Allah dan rezeki dari-Nya pun datang. Hal yang tidak mampu didatangkan orang-orang yang mampu.
Allah bukakan kemenangan, rezeki, kebaikan, ketenangan, dan keberkahan bagi orang-orang yang mampu dari jalan yang tak pernah mereka bayangkan. Dan Allah memiliki pasukan-pasukan di langit dan di bumi. Dialah pemilik kerajaan semuanya. Segala urusan dibawah kendali-Nya. Semua dibawah kekuasaannya. Dialah Tuhan yang berhak untuk disembah.
Manusia hanya melihat sebab-sebab yang konkret saja. Mereka mengandalkan kekuataan, keberanian, ucapan, dan aksi untuk mendapatkan rezeki. Yang demikian adalah pandangan yang sempit. Sebuah cara pandang terhadap sesuatu tidak sesuai hakikatnya. Karena sebab-sebab abstrak memiliki pengaruh yang besar. Yakni kuatnya tawakal, sempurnanya rasa percaya, dan jujurnya dalam permintaan.
Inilah ketakwaan yang tampak pada orang-orang yang lemah. Karena itulah Allah turunkan kemenangan dan rezeki. Allah menolak bahaya, mendatangkan kebaikan, keberkahan, dan kemenangan. Sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh orang-orang yang mampu/kuat.
Sampai-sampai Allah memberikan rezeki kepada orang-orang yang mampu melalui orang-orang lemah dan dianggap lemah. Kemudian Allah menjadikan rezeki mereka yang lemah di tangan orang-orang yang mampu. Orang-orang mampu membantu orang-orang yang lemah. Semua ini terjadi dan kita saksikan bersama
Ibadallah,
Kemenangan itu bersama orang-orang yang lemah. Dan rezeki itu juga bersama mereka. Ini adalah sebuah janji yang tidak sia-sia. Dengan menolong orang-orang lemah dan menjaga hak-hak mereka. Serta baiknya iman orang lemah tersebut, maka tawakal mereka dapat menolak balak, memperluas rezeki, memberkahi harta, amal, umur, dan waktu. Umat ini mendapat kemenangan. Diangkatnya kesedihan. Tentu semua itu atas izin Allah Yang Maha Perkasa.
Barangsiapa membuat mereka nyaman, membantu mereka, memenuhi kebutuhan mereka, melapangkan urusan mereka, mengangkat kesulitan dan kezhaliman yang menimpa mereka, niscaya Allah akan memberi rezeki kepadanya, menolongnya, meneguhkannya, menjaganya, menurunkan keberkahan padanya, dan menambah kebaikan untuknya. Orang-orang yang lemah bukanlah aib pada suatu komunitas. Bahkan mereka menjadi bagian utama. Mereka bisa menjadi sebab kemuliaan, kekuatan, pertolongan, dan kenyamanan.
أعوذُ بالله من الشيطان الرجيم: ﴿وَلَا تَطْرُدِ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُم بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ مَا عَلَيْكَ مِنْ حِسَابِهِم مِّن شَيْءٍ وَمَا مِنْ حِسَابِكَ عَلَيْهِم مِّن شَيْءٍ فَتَطْرُدَهُمْ فَتَكُونَ مِنَ الظَّالِمِينَ﴾ [الأنعام: 52].
“Dan janganlah kamu mengusir orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan petang hari, sedang mereka menghendaki keridhaan-Nya. Kamu tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatan mereka dan merekapun tidak memikul tanggung jawab sedikitpun terhadap perbuatanmu, yang menyebabkan kamu (berhak) mengusir mereka, (sehingga kamu termasuk orang-orang yang zalim).” (QS:Al-An’am | Ayat: 52).
نفَعَنِيَ اللهُ وَإِيَّاكُمْ بِهَدْيِ كِتَابِهِ، وَبِسُنَّةِ نَبِيِّهِ مُحَمَّدٍ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ -، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ، مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ وَخَطِيْئَةٍ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ.
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ، اَلْحَمْدُ لِلَّهِ العَلِيِّ فِي قَدْرِهِ، العَزِيْزِ فِي قَهْرِهِ، أَحْمَدُهُ – سُبْحَانَهُ – عَلَى حُلُوِّ القَضَاءِ وَمُرِّهِ، وَأَسْأَلُهُ الإِعَانَةَ عَلَى حُسْنِ عِبَادَتِهِ وَذِكْرِهِ وَشُكْرِهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ تَقُوْمُ السَمَاءُ وَالأَرْضُ بِأَمْرِهِ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ دَعَا إِلَى اللهِ فِي سِرِّهِ وَجَهْرِهِ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَيْهِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ قَامُوْا بِأَمْرِ اللهِ، وَبَذَلُوْا الغَالِي وَالنَفِيْسَ فِي عِزِّ دِيْنِ اللهِ وَنَصْرِهِ وَنَشْرِهِ، وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ مَا لَيْلٌ سَجَى، وَنَهَارٌ أَضْحَى، وَجَادَ سَحَابٌ بِقَطْرِهِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ.
أَمَّا بَعْدُ..:
Kaum muslimin,
Agama Islam melindungi dan menolong orang-orang lemah. Agama ini memiliki perhatian besar terhadap mereka. orang-orang yang lemah dari kalangan orang fakir, miskin, orang tua, orang yang terzhalimi, janda-janda, anak-anak yatim, orang-orang asing dan musafir. Mereka adalah tanggung jawab dari pemerintah. Umat Islam adalah umat kasih sayang dan memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Orang-orang lemah adalah sebab datangnya rezeki, penjagaan dari Allah, kebaikan, keberkahan, kemenangan, dan bersatunya hati. Tidak halal menyakiti mereka dan menzhalimi hak-hak mereka.
Ma’asyiral muslimin,
Sungguh negeri yang penuh berkah ini (Arab Saudi) memiliki peranan besar dalam dakwah Islam dan membantu urusan kaum muslimin. Negeri ini bersama dengan orang-orang lemah dan memerlukan bantuan. Tidak hanya terbatas pada kawasan nasional atau regional, tapi internasional. Negeri ini memiliki upaya nyata dalam menyatukan kalimat kaum muslimin di atas manhaj yang benar dan moderat. Negeri ini berusaha senantiasa berdampingan dengan masyarakat. Karena berpijak pada asas agama yang hanif ini.
Semoga Allah melanggengkan keamanan, keimanan, dan kemuliaan negeri ini. Semoga Allah senantiasa menjaga stabilitasnya, mempersatukan kalimat rakyat dan pemimpinnya. Semoga Allah senantiasa membimbinganya dengan politik yang bijaksana. Dan mengarahkannya dengan penuh berkah. Dalam hal mengatur perekonomian. Dan mengatur hal yang kecil maupun yang besar.
Ma’asyiral muslimin,
Betapa indahnya tatkala rakyat menaati aturan-aturan dan arahan-arahan permerintahnya. Apabila rakyat dapat memahami dan berusaha memahaminya.
Harta itu tidaklah menimbulkan kecintaan hakiki. Karena sifat orang-orang munafik adalah jika diberi mereka ridha. Jika tidak mendapatkan bagian mereka marah.
Bertakwalah kepada Allah. Syukurilah nikmat Allah atas kalian niscaya Dia akan menambahkannya. Waspadailah jangan sampai Anda merendahkan orang-orang miskin dengan melanggar hak-hak mereka. Cukuplah seseorang dikakatan berbuat jahat ketika ia merendahkan saudaranya sesama muslim.
اَلْـمُسْلِمُ أَخُوْ الْـمُسْلِمِ ، لاَ يَظْلِمُهُ ، وَلاَ يَخْذُلُهُ ، وَلاَ يَحْقِرُهُ
“Seorang muslim itu adalah saudara bagi muslim yang lain, maka ia tidak boleh menzhaliminya, menelantarkannya, dan menghinakannya.” (HR. Muslim dan selainnya).
هذا وصلُّوا وسلِّمُوا على الرحمةِ المهداة، والنعمةِ المُسداة، نبيِّكُم محمدٍ – صلى الله عليه وسلم -؛ فقد أمرَكم بذلك ربُّكم، فقالَ – عزَّ قائلاً عليمًا -: ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾ [الأحزاب: 56].
اللهم صلِّ وسلِّم وبارِك على عبدِك ورسولِك: نبيِّنا محمدٍ النبيِّ الأُمِّيِّ، الحبيبِ المُصطَفى، والنبيِّ المُجتَبَى، وعلى آله الطيبين الطاهِرِين، وعلى أزواجِه أمهاتِ المؤمنين، كما صلَّيتَ على إبراهيم وعلى آلِ إبراهيم، إنك حميدٌ مجيد.
وارضَ اللهم عن الخلفاءِ الأربعةِ الراشدين: أبي بكرٍ، وعُمر، وعُثمان، وعليٍّ، وعن الصحابة أجمعين، والتابعين ومن تبِعَهم بإحسانٍ إلى يوم الدين، وعنَّا معهم بعفوِك وجُودِك وإحسانِك يا أكرم الأكرمين.
اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين، اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين، اللهم أعِزَّ الإسلام والمسلمين، وأذلَّ الشرك والمُشركين، واخذُل الطغاةَ والملاحِدَة، وسائرَ أعداءِ المِلَّة والدين.
اللهم آمِنَّا في أوطاننا، اللهم آمِنَّا في أوطاننا، وأصلِح أئمَّتَنا وولاةَ أمُورِنا، واجعَل اللهم ولايتَنَا فيمن خافَك واتَّقاك واتَّبَع رِضاكَ يا رب العالمين.
اللهم وفِّق إمامَنا وولِيَّ أمرنا بتوفيقِك، وأعِزَّه بطاعتك، وأَعلِ به كلمَتَك، واجعَله نُصرةً للإسلامِ والمسلمين، ووفِّقه ونائبَيه وإخوانَه وأعوانَه لما تُحبُّ وتَرضَى، وخُذ بنواصِيهم للبِرِّ والتقوَى.
اللهم وفِّق ولاةَ أمورِ المسلمين للعملِ بكتابِك، وبسنةِ نبيِّك محمدٍ – صلى الله عليه وسلم -، واجعَلهم رحمةً لعبادِك المؤمنين، اللهم واجمَع كلمتَهم على الحقِّ والهُدَى والسنةِ يا رب العالمين.
اللهم أصلِح أحوالَ المُسلمين، اللهم أصلِح أحوالَ المُسلمين في كل مكانٍ، اللهم واحقِن دماءَهم، واجمَع على الحقِّ والهُدى والسنَّة كلمتَهم، وولِّ عليهم خيارَهم، واكفِهم أشرارَهم، وابسُط الأمنَ والعدلَ والرخاءَ في ديارهم، وأعِذهم من الشُّرور والفتَن ما ظهرَ منها وما بطَن.
اللهم من أرادَنا وأرادَ دينَنا وديارَنا وأمنَنا وأمَّتنا وولاةَ أمْرنا وعلماءَنا وأهلَ الفضل والصلاح والاحتِساب منَّا ورجالَ أمننا وقوَّاتنا ووحدتَنا واجتماعَ كلمتنا بسوء، اللهم فأشغِله بنفسِه، اللهم فأشغِله بنفسِه، واجعَل كيدَه في نحرِه، واجعَل تدبيرَه تدميرًا عليه يا قويُّ يا عزيز.
اللهم انصُر جنودنا، اللهم انصُر جنودنا المُرابِطين على الحدود، اللهم سدِّد رأيَهم، وصوِّب رميَهم، وشُدَّ أزرَهم، وقوِّ عزائِمَهم، وثبِّت أقدامَهم، واربِط على قلوبِهم، وانصُرهم على من بغَى عليهم، اللهم أيِّدهم بتأييدك، وانصُرهم بنصرك، اللهم احفَظهم من بين أيديهم، ومن خلفهم، وعن أيمانهم، وعن شمائلهم، ومن فوقهم، ونعوذُ بك اللهم أن يُغتالُوا من تحتهم، اللهم ارحَم شُهداءَهم، واشفِ جرحَاهم، واحفَظهم في أهلهم وذريَّاتهم، إنك سميعُ الدعاء.
اللهم يا وليَّ المؤمنين، اللهم يا وليَّ المؤمنين، ويا ناصر المستضعفين، ويا غِياث المُستغيثين، يا عظيمَ الرجاء، ويا مُجيرَ الضعفاء، اللهم إن لنا إخوانًا مُستضعَفين مظلُومين في فلسطين، وفي سُوريا، وفي بُورما، وفي أفريقيا الوُسطى، وفي ليبيا، وفي العِراق، وفي اليمن، ونخُصُّ أهلَنا في حلَب، اللهم قد مسَّهم الضُّرُّ، وحلَّ بهم الكَربُ، واشتدَّ عليهم الأمرُ، تعرَّضُوا للظلم والطغيان، والتشريدِ والحِصار، سُفِكَت دماؤُهم، وقُتِّلَ أبرياؤُهم، ورُمِّلت نساؤُهم، ويُتّمَ أطفالهُم، وهُدِّمَت مساكنُهم ومرافِقُهم.
اللهم يا ناصر المستضعفين، ويا مُنجِيَ المؤمنين اللهم انتصِر لهم، وتولَّ أمرَهم، واكْشِف كربَهم، وارفع ضُرَّهم، وعجِّل فرَجَهم، وألِّف بين قلوبهم، واجمَع كلمتَهم، ومُدَّهم بمَدَدِك، وأيِّدهم بتأييدِك.
اللهم عليك بالطُّغاة الظالمين ومن شايَعَهم، ومن أعانَهم، اللهم فرِّق جمعَهم، وشتِّت شملَهم، ومزِّقهم كلَّ مُمزَّق، اللهم واجعَل تدميرَهم في تدبيرهم يا رب العالمين.
اللهم عليك باليهود الغاصِبين المُحتلِّين، فإنهم لا يُعجِزونك، اللهم وأنزِل بهم بأسَك الذي لا يُردُّ عن القومِ المُجرمِين، اللهم إنا ندرَأُ بك في نُحورِهم، ونعوذُ بك من شُرورهم.
اللهم اغفِر لنا ذنوبنا، اللهم اغفِر ذنوبنا، واستُر عيوبنا، ونفِّس كروبَنا، وعافِ مُبتَلانا، واشفِ مرضَانا، وارحَم موتَانا.
﴿رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَإِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ﴾ [الأعراف: 23]، ﴿رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ﴾ [البقرة: 201].
عباد الله:
﴿إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ﴾ [النحل: 90].
فَاذْكُرُوْا اللهَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ.
Oleh tim KhotbahJumat.com
Ibadallah,
Syahadat zur (persaksian palsu) adalah salah satu dari dosa-dosa besar yang paling besar. Oleh karena selayaknya kita memahaminya, mewaspadainya lalu menjauhinya. Allah Azza wa Jalla telah melarang perkataan dusta, termasuk syahadat zur. Allah Azza wa Jalla berfirman:
ذَٰلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ حُرُمَاتِ اللَّهِ فَهُوَ خَيْرٌ لَهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۗ وَأُحِلَّتْ لَكُمُ الْأَنْعَامُ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ ۖ فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ
Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa mengagungkan apa-apa yang terhormat di sisi Allah, maka itu adalah lebih baik baginya di sisi Rabbnya. Dan telah dihalalkan bagi kamu semua binatang ternak, terkecuali yang diterangkan kepadamu keharamannya, maka jauhilah olehmu berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan-perkataan dusta. (Al-Hajj/22: 30).
Dalam ayat ini, Allah Azza wa Jalla melarang qauluz zur (perkataan dusta), termasuk syahadat zur (persaksian palsu). Larangan ini digabungkan dengan perintah menjauhi berhala-berhala yang najis itu, yaitu syirik. Ini menunjukkan betapa persaksian palsu itu sangat berbahaya sebagaimana bahaya syirik. Bahkan bahaya persaksian palsu itu bisa menimpa orang lain disamping menimpa pelaku itu sendiri, sedangkan bahaya syirik hanya menimpa pelakunya saja.
Sebagaimana dalam Alquran, di dalam hadits juga, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam menggabungkan larangan qauluz zur (perkataan palsu) dengan syirik, antara lain dalam hadits:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ z قَالَ قَالَ النَّبِيُّ n أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Dari Abdurrahman bin Abi Bakrah, dari bapaknya Radhiyallah anhu, dia berkata, Nabishallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Perhatikanlah (wahai para shahabat), maukah aku tunjukkan kepada kalian dosa-dosa besar yang paling besar?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakannya tiga kali. Kemudian para shahabat mengatakan: “Tentu wahai Rasulullah.” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.”  Dan beliau duduk, sedangkan sebelumnya beliau bersandar, lalu bersabda, “Perhatikanlah! dan perkataan palsu (perkataan dusta)”, beliau selalu mengulanginya sampai kami berkata, “Seandainya beliau berhenti”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata, “Lafazh dalam hadits “dan Beliau duduk, sedangkan sebelumnya Beliau bersandar”, menunjukkan bahwa Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan perhatian lebih terhadap masalah ini, sampai Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam duduk padahal sebelumnya Beliau bersandar. Ini menunjukkan adanya penekanan terhadap pengharaman sekaligus menunjukkan keburukannya yang sangat berat. Adapun mengenai penyebab perhatian Beliaushallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap masalah ini dikarenakan perkataan dusta atau persaksian dusta lebih mudah terjadi di tengah masyarakat dan lebih banyak diremehkan. Karena syirik tidak sesuai dengan hati nurani seorang Muslim, durhaka kepada orang tua ditolak oleh naluri, sedangkan (perkataan) dusta faktor pemicunya banyak sekali, seperti: permusuhan, hasad (iri), dan lainnya. Sehingga dibutuhkan perhatian untuk mengganggapnya (sesuatu yang) besar. Namun bukan berarti (dosa) perkataan dusta lebih besar dibandingkan (dosa) syirik yang disebutkan bersamanya, tetapi karena kerusakan dusta menjalar kepada selain orang yang bersaksi, berbeda dengan syirik yang biasanya kerusakannya terbatas (pada pelakunya)”.
Ibadallah,
Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah berkata, “At-Thabari berkata, makna dasar dari kata zur adalah memperbagus sesuatu dan mensifatinya dengan sifat yang berbeda dangan sifat sebenarnya, sehingga yang terbayang oleh pendengarnya sesuatu yang berbeda dengan yang sebenarnya. Beliau t juga berkata, ‘Pendapat yang paling benar menurut kami, yang dimaksud dengan zur adalah pujian secara dusta dari orang yang tidak menyaksikan sesuatu yang dipuji itu. Wallahu a’lam
Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Syahadat zur (persaksian palsu) adalah:
Seseorang bersaksi dengan sebuah persaksian yang dia tahu bahwa persaksiannya itu berbeda atau tidak sesuai dengan perkara yang dipersaksikan (tidak sesuai dengan hakekatnya).
Atau seseorang bersaksi dengan sebuah persaksian yang dia tidak tahu, apakah perkara yang dipersaksikan itu sesuai dengan persaksiannya itu tidak sesuai?
Atau seseorang bersaksi dengan sebuah persaksian yang dia tahu bahwa persaksiannya itu sesuai dengan perkara yang dipersaksikan hanya saja dengan sifat yang tidak nyata.
Ketiga jenis persaksian ini adalah haram. Tidak halal bagi seseorang untuk memberikan persaksian selain persaksian yang dia tahu dengan baik. Jika seseorang bersaksi dengan sebuah persaksian yang dia tahu bahwa persaksiannya itu tidak sesuai dengan perkara yang dipersaksikan, misalnya seseorang yang bersaksi bahwa Fulan meminta sesuatu kepada Fulanah, padahal dia tahu bahwa persaksiannya itu dusta, maka ini termasuk syahadatuz zur (persaksian palsu). Na’udzu billah.
Atau contoh lainnya, seseorang bersaksi bahwa Fulan itu miskin berhak mendapatkan zakat (bantuan),  padahal dia tahu bahwa orang itu kaya.
Dan begitu juga seperti yang dilakukan oleh sebagian orang di hadapan pemerintah, seseorang bersaksi bahwa Si A itu miskin memiliki anggota keluarga berjumlah sekian,  padahal dia tahu itu dusta.
Orang yang memberikan persaksian palsu itu menyangka dia telah berbuat sesuatu yang bermanfaat dan berbuat baik kepada saudaranya (yang dipersaksikan), padahal sejatinya dia telah menzhalimi dirinya dan menzhalimi saudaranya. Dia menzhalimi dirinya, karena dia telah berbuat dosa dan telah melakukan salah satu dosa besar. Dia juga menzhalimi saudaranya, karena dia telah memberikan kepada saudaranya sesuatu yang bukan haknya dan membuatnya mengambil harta dengan cara batil”.
أَقُوْلُ هَذَا القَوْلَ وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ المُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ يَغْفِرْ لَكُمْ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ .
Khutbah Kedua:
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ عَظِيْمِ الإِحْسَانِ وَاسِعِ الفَضْلِ وَالجُوْدِ وَالاِمْتِنَانِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ؛ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا .
أَمَّا بَعْدُ أَيُّهَا المُؤْمِنُوْنَ عِبَادَ اللهِ:
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ، فَإِنَّ مَنِ اتَّقَى اللهَ وَقَاهُ وَأَرْشَدَهُ إِلَى خَيْرٍ أُمُوْرٍ دِيْنِهِ وَدُنْيَاهُ، وَتَقْوَى اللهِ – عَبِادَ اللهِ – أَنْ يَعْمَلَ العَبْدُ بِطَاعَةِ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ يَرْجُوْ ثَوَابَ اللهِ، وَأَنْ يَتْرُكَ مَعْصِيَةَ اللهِ عَلَى نُوْرٍ مِنَ اللهِ يَخَافُ عِقَابَ اللهِ .
Kaum muslimin rahimakumullah,
Imam adz-Dzahabi rahimahullah berkata, “Pemberi kesaksian palsu  telah melakukan beberapa dosa-dosa besar:
Pertama: Dusta dan  membuat fitnah atau kebohongan.
Kedua: Dia telah berbuat zhalim kepada orang yang ia persaksikan sebagai orang yang salah, sehingga dengan sebab kesaksiannya itu ia telah mengambil atau mengganggu harta, kehormatan atau nyawanya.
Ketiga: Dia telah berbuat zhalim kepada orang yang ia persaksikan sebagai orang yang benar. Yaitu dengan kesaksiannya itu, dia telah memberikan harta haram kepadanya, lalu dia   mengambilnya, sehingga dia masuk neraka.
Keempat: Dia telah menghalalkan apa yang diharamkan dan dilindungi oleh Allah Azza wa Jalla , baik harta, darah atau kehormatan”.
Kita memohon kepada Allah Ta’ala keselamatan dari semua keburukan. Amin.
وَصَلُّوْا وَسَلِّمُوْا رَحِمَكُمُ اللهُ عَلَى النَّبِيِّ المُصْطَفَى مُحَمَّدِ بْنِ عَبْدِ اللهِ كَمَا أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ فِي كِتَابِهِ فَقَالَ: ﴿ إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيماً ﴾ [الأحزاب:٥٦] ، وَقَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاةً صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ بِهَا عَشْرًا)). اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ .
وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَلْأَئِمَّةِ المَهْدِيِيْنَ أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ الصَّحَابَةِ أَجْمَعِيْنَ وَعَنِ التَّابِعِيْنَ وَمَنِ اتَّبِعُهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنَ، وَعَنَّا مَعَهُمْ بِمَنِّكَ وَكَرَمِكَ وَإِحْسَانِكَ يَا أَكْرَمَ الأَكْرَمِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ, اَللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ، وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاحْمِ حَوْزَةَ الدِّيْنَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ دِيْنَكَ، اَللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا فِي كُلِّ مَكَانٍ اَللَّهُمَّ انْصُرْهُمْ فِي فِلَسْطِيْنَ وَفِي كُلِّ مَكَانٍ، اَللَّهُمَّ أَيِّدْهُمْ بِتَأْيِيْدِكَ وَاحْفَظْهُمْ بِحِفْظِكَ يَا ذَا الجَلَالِ وَالإِكْرَامِ، اَللَّهُمَّ وَعَلْيَكَ بِاليَهُوْدِ المُعْتَدِيْنَ الغَاصِبِيْنَ فَإِنَّهُمْ لَا يُعْجِزُوْنَكَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَجْعَلُكَ فِي نُحُوْرِهِمْ وَنَعُوْذُ بِكَ اللَّهُمَّ مِنْ شُرُوْرِهِمْ، اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي أَوْطَانِنَا وَأَصْلِحْ أَئِمَّتَنَا وَوُلَاةَ أُمُوْرِنَا وَاجْعَلْ وِلَايَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ وَاتَّبَعَ رِضَاكَ يَا رَبَّ العَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ وَفِّقْ وَلِيَ أَمْرِنَا لِمَا تُحِبُّ وَتَرْضَى وَأَعِنْهُ عَلَى البِرِّ وَالتَّقْوَى وَسَدِدْهُ فِي أَقْوَالِهِ وَأَعْمَالِهِ وَأَلْبِسْهُ ثَوْبَ الصِحَّةَ العَافِيَةَ وَارْزُقْهُ البِطَانَةَ الصَالِحَةَ النَاصِحَةَ، اَللَّهُمَّ وَفِّقْ جَمِيْعَ وُلَاةَ أُمُوْرِ المُسْلِمِيْنَ لِلْعَمَلِ بِكِتَابِكَ وَاتِّبَاعِ سُنَّةِ نَبِيِّكَ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَاجْعَلْهُمْ رَحْمَةً وَرَأْفَةً عَلَى عِبَادَكَ المُؤْمِنِيْنَ.
اَللَّهُمَ آتِ نُفُوْسَنَا تَقْوَاهَا زَكِّهَا أَنْتَ خَيْرَ مَنْ زَكَّاهَا أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلَهَا، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى وَالسَّدَادَ، اَللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنَ الخَيْرِ كُلِّهُ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْنَا مِنْهُ وَمَا لَمْ نَعْلَمْ، اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَلِوَالِدَيْنَا وَلِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِنَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إِنَّكَ أَنْتَ الغَفُوْرُ الرَحِيْمُ. وَآخِرُ دَعْوَانَا أَنِ الحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ العَالَمِيْنَ.
(Diadaptasi dari tulisan Ustadz Abu Isma’il Muslim al-Atsari di majalah As-Sunnah Edisi 10/Tahun XVIII/1436H/2015M).